Counter

Followers

Minggu, 01 Juni 2014

PSIKOLOGI PENDIDIKAN_TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN MODEL


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa pula kami haturkan terima kasih kepada dosen pembimbimbing yang telah membina kami dan kepada teman-teman yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang kami susun ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengena Teori Belajar Kognitif dan Model pembelajaran. Dalam menyusunnya makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,sehingga pembaca sangat kami harapkan agar makalah ini lebih sempurna dan bermanfaat bagi pembaca.






13 Oktober 2013

Penyusun









DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang............................................................................................
1.2  Rumusan masalah.......................................................................................
1.3  Tujuan.........................................................................................................
1.4  Manfaat......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAAN............................................................................
2.1 Pengertian belajar kognitif..........................................................................
2.2 Tokoh-tokoh teori belajar kognitif .............................................................
2.3 Prinsip-prinsip teori belajar kognitif...........................................................
2.4 Kelebihan dan kelemahan belajar kognitif.................................................
2.5 Model- model belajar kognitif ……………………………………………
BAB III PENUTUP.......................................................................................
3.1 Kesimpulan.................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTKA.........................................................................................





BAB i
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan dengan proses mendidik, yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Dimana setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Jadi pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam proses pendidikan, belajar merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan. Dimana belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir yang dialami oleh seseorang, misalnya dari sesuatu hal yang tidak bisa menjadi bisa,dari tidak tau menjadi tau. Selama proses belajar manusia pasti tak luput dari kesalahan. Untuk itu perlu adanya teori-teori belajar yang tepat yang diterapkan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan bisa tercapai dengan maksimal.

Teori – teori pembelajaran berpedoman pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dihasilkan daripada kajian-kajian ahli psikologi pendidikan. Teori ini merupakan azas kepada para pendidik agar dapat memahami tentang cara pelajar belajar. Selain itu, dengan adanya pengetahuan yang menyeluruh tentang teori ini pendidik diharapkan agar dapat menghubungkan prinsip dan hukum pembelajaran dengan kaedah dan teknik yang akan digunakan.

Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai “Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran”. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses belajar yang terjadi dalam akal pikiran manusia atau gagasan manusia bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Jadi belajar melibatkan proses berfikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengrtian dari Teori Belajar Kognitif.
2. Apa Pengertian dari Belajar kogntif.
3. Siapakah Tokoh – Tokoh dari Teori Belajar Kognitif.
4. Apa Kosep dari Teori Belajar Kognitif.
5. Apa Kelebihan dan Kekurangan dari Belajar Kognitif.


1.3 Tujuan
            Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan dan di harapkan bermanfaat bagi pembaca.




1.5  Manfaat

1. Belajar memahami masalah dan mencari solusinya.
 2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang di pelajari untuk di pelajari.
3. Membuka pikiran untuk memahami permasalahan di kelas
4. Sebagai latihan sebelum membuat  tugas skripsi








































BAB II
 PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian Teori Belajar Kognitif

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang penting, dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru, dan atau mengalami perubahan tingkah laku, sikap, dan ketrampilan. Pernyataan di atas didukung oleh Gagne dalam buku Ratna Wilis bahwa (1988:12-13)“ Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.” Kutipan diatas dapat diartikan bahwa belajar membutuhkan waktu yang lama dan melalui proses perubahan perilaku dan pola pikir dari seseorang.

Belajar menurut Drs. Bambang Warsita bahwa (2008:87)“ Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang mengubah stimulasi yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasiyang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.” Menurut Prof. Dr. Made Pidarta, belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakanya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikanya kepada orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku dan pola pikir baik yang berupa pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, dimana perubahan- perubahan yang dialami bersifat relatif permanen atau jangka panjang yang merupakan hasil dari pengalaman hidup manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan.

2.2 Tokoh – tokoh Teori Belajar Kognitif

Tokoh-tokoh aliran kognitif di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark L. Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran kognitivisme, antara lain:

1. Piaget

Menurut Piaget dalam buku “Teknologi Pembelajaran” dari Drs. Bambang Warsita (2008:69) yang menjelaskan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu prosess genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Dalam buku “Psikologi Pendidikan” karya Wasty Soemanto (1997:123) yang menyatakan teori belajar piaget disebut cognitive-development yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari pada fungsi intelektual dari kongkrit. Belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu :asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.

Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Piaget, antara lain:1) menentukan tujuan pembelajaran; 2)memilih materi pembelajaran; 3) menentukan topik-topik yang dapat dipelajari oleh peserta didik; 4) menentukan dan merancang kegiatan pembelajaran sesuai topik; 5) mengembangkan metode pembelajaran; 6) melakukan penilaian proses dan hasil peserta didik.

2. David Ausubel

Menurut Ausubel dalam buku karya Drs. Bambang Warsita bahwa “belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasi secara nonarbitrer dan berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya”(2008:72). Hal ini berari bahwa pembelajaran bermakna merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Dimana Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta saja, tetapi merupakan kegiatan yang menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Jadi guru harus menjadi perancang pembelajaran dan pengembang program pembelajaran dengan berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang dimiliki peserta didik dan membantu memadukan secara harmonis dengan pengetahuan baru yang dipelajari.

Langkah-langkah pembelajaran bermakna menurut Ausebel,dalam merancang pembelajaran antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran sesuai karakteristik peserta didik dan mengaturnya dalam bentuk konsep inti; 4) menentukan topik peserta didik dalam bentuk advance organizers; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

3. Jerome Bruner

Berdasarkan Drs. Wasty Soemanto (1997:127) dan Drs. Bambang warsita(2008:71) dimana Jarome Bruner mengusulkana teori yang disebutnya free discovery learning.Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahan. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.

Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Menurut Burner ada tiga tahap perkembangan kognitif seseorang yang ditentukan oleh cara melihat lingkungan, antara lain: tahap pertama enaktif yaitu peserta didik melakukan aktivitas dalam usaha memahami lingkungan; tahap kedua, ikonik yaitu peserta didik melihat dunia melalui gambar dan visualisasi verbal; tahap yang ketiga, simbolok yaitu peserta didik mempunyai gagasan abstrak dimana komunikasi dibantu sistem simbolik.

Langkah-langkah pembelajaran dalam merancang pembelajaran menurut Bruner antara lain: 1) menentukan tujuan pembelajaran; 2) melakukan identifikasi peserta didik; 3) memilih materi pembelajaran; 4) menentukan topik secara induktif; 5) mengembangkan bahan belajar untuk dipelajari peserta didik; 6) mengatur topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks; 7) melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

4. Albert Bandura

Bandura berpendapat tentang teori kognitif sosial. Seperti yang dijelaskan dalam buku karya John W. Santrock (2007:285) yang menyatakan bahwa teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa faktor kognitif berupa ekspektasi murid untuk meraih keberhasilan sedangkan faktor sosial mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya. Jadi menurut Bandura antara faktor kognitif/person, faktor lingkungan dan faktor perilaku mempengaruhi satu sama lain dan faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran dan kecerdasan.

5. Kurt Lewin

Yang juga merupakan tokoh teori belajar kognitif adalah Kurt Lewin yang menyatakan tentang teori belajar medan kognitif (cognitive-field learning theory). Seperti yang di jelaskan oleh Nana Sudjana dalam bukunya yang menjelaskan bahwa dalam teori belajar medan kognitif, “belajar didefinisikan sebagaai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru dan atu merubah sesuatu yang lama”(1991:97). Hal ini berarti bahwa seseorang harus peduli dengan diri mereka sendiri dan juga dengan orang lain, dengan belajar secara afektif sehingga diharapkan mereka atau seorang guru bisa mengerti dengan dirinya sendiri dan dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik selain itu juga mengembangkan sistem psikologis yang bermanfaat dalam berurusan dengan anak-anak dan pemuda dalam ssituasi belajar.

2.3 Prinsip-Prinsip Teori Belajar Kognitif

Berdasarkan pendapat dari Drs. Bambang Warsita (2008:89) yang menyatakan tentang prinsip- prinsip dasar teori kognitivisme, antara lain:
§  Pembelajaran merupakan suatu perubahan status pengetahuan
§  Peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran
§  Menekankan pada pola pikir peserta didik
§  Berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya
§  Menekankan pada pengalaman belajar, dengan memandang pembelajaran sebagai proses aktif di dalam diri peserta didik
§  Menerapkan reward and punishment
§  Hasil pembelajaran tidak hanya tergantung pada informasi yang disampaikan guru, tetapi juga pada cara peserta didik memproses informasi tersebut.

2.4 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Kognitif

Setiap teori belajar tidak akan pernah sempurna, demikian pula dengan teori belajar kognitif. Di samping memiliki kelebihan – kelebihannya ada pula kelemahan – kelemahannya. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kelemahan teori kognitif menurut http://alhafizh84.wordpress.com/2010/10/15/teori-belajar-kognitif/, antara lain:

1. Kelebihan Teori Belajar Kognitif

a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.

Dengan teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung dengan orang lain dengan.

b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah

Teori belajar kognitif membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif didalam proses pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam ingatannya. Serta Menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.
b. Kelemahan Teori Belajar kognitif
a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b. Sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c. Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.



2.5 Model – Model Pembelajaran Kognitif
1. Discovery Learning (Jerome Bruner)
Satu model pembelajaran kognitif yang sangat berpengaruh adalah Discovery Learning yang dikemukakan oleh Jerome Bruner. Menurutnya peran guru adalah menciptakan situasi belajar sedemikian rupa agar siswa dapat belajar berdasar apa yang mereka miliki, bukan memberikan paket informasi.
Bruner mengatakan bahwa mengajar bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup, tapi memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir, yang akan berguna bagi pengembangan diri. Untuk mendapatkan pengetahuan siswa harus dapat berperan sebagai sejarawan, yaitu mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan, karena menurut Bruner pengetahuan adalah suatu proses dan bukan suatu produk.
Bruner mengusulkan seharusnya siswa belajar dengan terlibat secara aktif dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, dimana mereka harus didorong untuk memiliki pengalaman-pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan sendiri konsep dan prinsip-prinsip tersebut.
Discovery learning terjadi apabila siswa dihadapkan pada situasi-situasi problem yang menuntut mereka untuk menemukan konsep-konsep esensial dari suatu pelajaran. Bruner menyarankan belajar melalui discovery karena discovery mendukung active learning. Menggunakan pendekatan active learning dalam mengajar berarti memberikan contoh atau problem dan kemudian meminta siswa untuk berfikir dan meneliti contoh-contoh atau problem-problem tersebut secara induktif dengan tujuan siswa dapat merumuskan satu prinsip umum.
Discovery learning banyak bisa diterapkan untuk kelompok sains. Misal: Siswa diminta mendorong masing-masing dari beberapa silinder yang berbeda besar dan beratnya, beberapa utuh dan beberapa berlubang pada jalan menurun. Melalui eksperimen semacam ini para siswa dapat menemukan prinsip-prinsip yang menentukan kecepatan lari silinder-silinder tersebut. Karena pendekatan ini dimulai dari hal yang spesifik menuju ke yang umum, maka ia memfasilitasi terjadinya penalaran secara induktif (berfikir sintesis).
Kondisi-kondisi apa saja yang dapat meningkatkan efektivitas discovery learning? (1) Siswa harus sudah memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk bisa menemukan suatu prinsip yang diajarkan. (2) Menyediakan model-model untuk menuntun discovery, (3) Penggunaan kontras untuk merangsang konflik kognitif.
Beberapa keuntungan pemakaian Discovery Learning:
a. Memunculkan rasa ingin tahu siswa
b. Memotivasi mereka terus bekerja sampai mereka memperoleh jawaban
c. Dapat mengajar keterampilan memecahkan masalah secara independen
d. Dapat “memaksa” siswa untuk menganalisa dan “memanipulasi” informasi dan bukan sekedar menyerap informasi tersebut.
Kerja Bruner berpengaruh terhadap gerakan sekolah terbuka dan
Pendekatan humanistik dalam pendidikan.
2. Events of Learning and Instruction (Robert Gagne)
Robert Gagne mengemukakan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi ketika belajar berlangsung, dan mengkaitkan kondisi-kondisi tersebut dengan peristiwa pengajaran, yaitu langkah-langkah dalam mentransmisi informasi. Formulasi Gagne menguraikan hubungan antara peristiwa belajar dan peristiwa pembelajaran.
1. Peristiwa-Peristiwa Belajar (Events of Learning).
Gagne menyebutkan bahwa kegiatan belajar melibatkan internal events, yang terjadi dalam fikiran siswa, dan external events, yang dapat dipengaruhi oleh guru, siswa, maupun karakteristik bahan pelajarannya. Kesemuanya meliputi delapan rangkaian peristiwa.
a. Motivation Phase
Siswa harus dimotivasi untuk belajar dengan menunjukkan harapan
bahwa belajar akan mendapat keuntungan atau mendapat rewards seperti memenuhi rasa ingin tahu, memiliki makna bagi siswa, atau membantu untuk mendapatkan nilai baik.
b. Apprehending Phase
Siswa harus memahami ciri-ciri esensial materi pelajaran ketika belajar
berlangsung. Ini berarti siswa harus memberikan atensi terhadap aspek-aspek yang relevan mengenai apa yang dikatakan guru atau tentang ide-ide utama dalam buku teks.
c. Acquisition Phase
Informasi yang diterima siswa tidak disimpan secara langsung dalam
memory, tapi terlebih dulu harus ditransformasikan kedalam bentuk yang berarti, yang berhubungan dengan informasi yang sudah ada dalam memory siswa. Siswa dapat membentuk mental image tentang informasi tersebut atau membentuk hubungan antara informasi tersebut dengan informasi lama yang sudah dimiliki siswa. Guru dapat mendorong proses ini dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat atau memanipulasi obyek atau dengan menunjukkan hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya (Ausubel: advance organizer).
d. Retention Phase
Informasi yang baru diperoleh siswa harus ditransfer dari short term
memory ke long term memory. Transfer ini dapat terjadi melalui cara rehearsal, latihan, elaborasi, atau cara lain.
e. Recall Phase
Kemungkinan yang dapat terjadi setelah belajar adalah bahwa kita
dapat kehilangan akses menuju informasi yang tersimpan dalam long term memory. Oleh karena itu merupakan bagian penting dalam belajar adalah usaha untuk mencapai akses ke bahan yang sudah kita pelajari agar kita dapat merecall informasi tersebut. Akses untuk mencapai informasi tersebut dibantu melalui pengorganisasian: pengelompokan berdasar kategori, atau konsep lebih mudah direcall daripada bahan yang disajikan secara acak.
f. Generalization Phase
Biasanya suatu informasi hanya memiliki nilai kecil kecuali kalau
informasi itu dapat diaplikasikan di luar kelas. Jadi generalisasi atau transfer informasi ke situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat dibantu dengan mengharuskan siswa untuk menggunakan informasi ke dalam setting atau peristiwa-peristiwa baru, seperti menugaskan siswa menggunakan kemampuannya dalam pelajaran berhitung untuk memecahkan problem-problem yang nyata.
g. Performance Phase
Dalam performansinya siswa harus menunjukkan bahwa ia “memilki
kemampuan”. Misal para siswa yang baru saja mempelajari perkalian 7 dapat menunjukkan kemampuannya bahwa kalau ada tiga orang yang masing-masing memiliki 7 kelereng, maka keseluruhan kelereng akan berjumlah 21.
h. Feedback Phase
Siswa harus diberi feedback atas performansinya agar ia tahu apakah
ia telah faham atau belum atas informasi yang diberikan. Umpan balik ini dapat berperan sebagai reinforcer bagi performansi yang berhasil.
Contoh: Seorang siswa belajar memperbaiki mesin mobil dengan ditunjukkan oleh instrukturnya bagaimana memasang karburator. Setelah itu siswa diminta memasang sendiri karburator tersebut di mesin (fase performansi) dan kemudian mengecek apakah mesin mobil dapat dihidupkan (fase feedback). Jika mesin dapat dihidupkan ia akan terreinforced untuk perilaku belajarnya tersebut, sedangkan kalau mesin tidak dapat dihidupkan ia mendapatkan informasi yang bernilai untuk mengubah perilaku belajarnya, memasang kembali karburator, dan mencob













BAB III
PENUTUPAN
3.1  Kesimpulan
            Belajar merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting bagi manusia karena dengan belajar seseorang dapat memahami suatu konsep yang baru, atau mengalami perubahan tingkah laku sikap dan keterampilan. Belajar juga merupakan proses mental yang aktif untuk mencapai mengingat dan menggunakan prilaku sehinga prilaku yang Nampak pada manusia tidak melibatkan proses mental seperti motivasi, kesengajaan, keyakinan dan lain sebagainya. Dan ada beberapa prinsip teori belajar kognitif dan model-model pembelajaran inilah yang membangun dari belajar kognitif itu sendiri.artinya teori belajar kognitif ini lebih  mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
           



B.     Saran
Sebagai mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam, ada baiknya kita mengetahui lebih dalam tentang teori belajar kognitif dan model pembelajaran. Artinya, teori belajar kognitif ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.








DAFTAR PUSTAK

(http://hasanahworld.wordpress.com/2009/03/01/teori-belajarkognitif/). http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/

Tidak ada komentar:

follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here