Counter

Followers

Kamis, 22 Mei 2014

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS II SDN 1 MERTAK TOMBOK




PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang harus diajarkan kepada anak karena

bahasa Indonesia merupakan bahasa Nasional dan pemersatu seluruh masyarakat di

Indonesia. Maka dari itu belajar membaca, menulis, dan berbicara bahasa Indonesia

yang baik dan benar (BINAR) harus kita terapkan bagi anak-anak dasar dari usia 6-12

tahun (SD).

Belajar membaca,menulis, dan berbicara merupakan salah satu dasar yang

harus dimiliki atau dikuasai oleh siswa agar proses pembelajaran bisa berlnsung dengan

baik dan dengan belajar membaca, menulis, dan berbicara anak bisa mengerti pada

pelajaran yang lainnya.

Dalam pelajaran menulis, membaca,dan mendengarkan sering kali guru

mendapatkan kesulitan dalam menyampaikan sauatu pelajaran karena kurangnya minat

dari siswa dan dan strategi guru dalam melaksanakan peroses belajar mengajar,pada

materi membaca dan menyimak dan berbicara.

Kesulitan guru dalam menyampaikan pelajaran materi membaca dan menulis

maka pada pembelajaran bahasa indonensia di SDN 1 Mertak Tombok.siswa kelsa II saya

Maenemukan masalah dalam belajar,membaca dan menulis, dan berbicara.

Keterangan yang saya dapatkan dari guru,bahwa guru sudah melakukan ,menerapkan

cara dan strategi mengajar seperti memberikan buku bacaan tentang dongeng cerita

buku-buku pelajaran dan menjelaskan dengan gambar yang dia nggap guru akan bisa

menarik (menstimulus)minat anak, selain dengan menerapkan strategi, metode diatas

guru juga membimbing mereka dalam belajar menulis dan membaca, agar mau menulis

dan membaca ,akan tetapi siswa masih juga kurang dalam membaca dan menulisnya

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah atau tindakan jika anak didik yang kurang

kosentrasinya ketika belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Mertak

Tombok.

2. Bagaimanakah solusi yang tepat terhadap siswa atau siswi yang belum

bisa membaca dan munulis.

3. Bagaimanakah solusinya jika siswa yang kurang minatnya dalam belajar

membaca,menulisda dan berbicara.

4. Bagaimanakah strategi yang digunakan jika siswa belum lancar dalam

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

5. Bagaimanakah cara untuk mengatasi jika siswa kurang motivasinya

dalam bealajar bahasa Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui langkah dan tindakan yang dilakukan guru untuk

mengoptimalkan atau membuat siswa konsentrasi dalam menerima

pelajaran bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui solusi yang tepat yang harus diterapkan pada siswa atau

siswi yang belum bisa atau lancer dalam menulis, membaca, dan berbicara.

3. Untuk mengetahui solusi atau cara yang digunakan guru SDN 1 Mertak

Tombok dalam mengatasi siswa yang kurang minatnya dalam belajar

membaca,menulis, dan berbicara.

4. Untuk mengetahui strategi yang digunakan guru jika siswa belum lancar

dalam menggunakan bahasa Indonesia .

5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi anak didik yang kurang

motivasinya dalam belajar bahasa Indonesia .

1.4 Manfaat Penelitian

1.Dapat mengetahui langkah-langkah, tindakan guru dalam

mengoptimalkan konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran bahasa

Indonesia .

2. Dapat mengetahui solusi yang digunakan guru pada siswa yang belum

bisa membaca, menulis, dan lancar berbicara.

3. Dapat mengetahui cara untuk mengatasi siswa yang kurang minatnya

dalam belajar membaca, menulis, dan berbicara .

4. Dapat mengetahui strategi yang digunakan jika siswa belum lancar

dalam menggunakan bahasa Indonesia .

5. Dapat mengetahui cara mengatasi anak didik yang kurang motivasinya

dalam belajar bahasa Indonesia .

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SDN 1 Mertak Tombok

1. Siswa di SDN 1 Mertak Tombok kelas II banyak yang tidak konsentrasi pada saat

pembelajaran berlansung, pada saat pembelajaran berlansung siswa ada yang bermain

dan berbicara sehingga konsentrasi belajar menjadi tidak stabil atau optimal .

2. Siswa di SDN 1 Mertak Tombok banyak kelas II yang belum bisa menullis, membaca,

dan berbicara seperti ketika membaca buku-buku cerita dan buku-bubku bacaan

yang tulisannya masih sederhana masih banyak siswa yang belum bisa menulis, dan

membacanya, dan ketika di suruh memperkenalkan diri dan menybutkan sesuatu

dengan menggunakan bahasa Indonesia banyak anak yang masih kaku atau masih

kurang dalam penggunaan bahasa Indonesianya .

3. Siswa SDN 1 Mertak Tombok kelas II kurang minatnya dalam belajar membaca, menulis,

dan berbicara . Proses kegiatan belajara pada pembelajaran bahasa Indonesia banyak

siswa yang kurang minatnya dalam belajar sehingga hal ini menyebabkan proses

pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

4. Siswa SDN 1 Mertak Tombok kelas II banyak yang belum lancar dalam menggunakan

atau berbicara menggunakan bahasa Indonesia walawpun guru sudah melakukan

dan menggunakan berbagai strategi, akan tetapi banyak siswa yang belum lancar

menggunakan bahasa Indonesia. P ada saat belajar atau diberi tugas oleh gurunya

saja mereka menggunakan bahasa Indonesia, mereka tidak menerapkan nya diluar

jam pelajaran. Hal ini lah yang menyebabkan banyak siswa yang masiih kaku dalam

mengguakan bahasa Indonesia .

5. Kurangnya motivasi siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas II ini

menyebabkan proses belajar mengajar tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran .

2.2 Solusi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas II SDN 1 Mertak Tombok

1. Solusi dalam permasalahan pertama ini mengenai ketidak konsentrasian anak dalam

belajar bahasa Indonesia di SDN 1 Mertak Tombok .

Guru memperhatikan semua siswa, kalau ada yang tidak konsentrasi

kelihatannya dalam belajar terutama pada pelajaran bahasa Indonesia guru

memberikan teguran dan peringatan, misalnya : ada seorang siswa yang kerjaannya

hanya bermain,bengong, berbicara,tidak memperhatikan guru saat pelajaran

berlansung, agar hal ini tidak menggangu konsentrasi siswa yang lain.

2. Solusi mengenai banyaknya siswa kelas II SDN 1 Mertak Tombok yang belum bisa

membaca, menulis, berbicara.

Setelah melakukan interview cara mengatasi permasalahan di atas guru

memberikan buku-buku pelajaran, guru juga memberitahukan siswa dimana letak

kesalahan dalam penulisannya. Guru juga memberikan tugas menulis dan membaca

agar siswa bisa melatih diri tidak hanya di skolah saja, tapi siswa juga bisa belajar di

rumah karena kalau tidak diberikan tugas seperti ini siswa tidak akan mau belajar,

terrlebih-lebih anak seusia ini (SD).

3. Solusi permasalahan ke-tiga yang diberikan oleh guru setelah saya melakukan

interview, guru menyediakan atau menggunakan bahan ajar yang dianggap menarik

minat siswa untuk membaca, menulis dan berbicara.

4. Dalam permasalahan ke-empat ini ,guru menyuruh siswa untuk bercerita didepan kelas

tentang dongeng atau cerita yang sudah dibacanya, dan guru menyuruh siswa untuk

menceritakan tentang cita-cita nya dan sebagainya.

Dalam hal ini disamping melatih siswa untuk berbicara juga melatih siswa untuk

membaca.

5. Dalam permasalahn ke-lima ini, guru memberikan motivasi siswa agar dapat berperilaku

aktif dalam belajar . Guru membuat siswa senyman mungkin, ketika guru memberikan

materi pelajaran atau pertanyaan kepada siswa jangan sekali-kali mengatakan SALAH

jika siswa meakukan kesalahan atau menjawab salah. Guru cukup mengatakan “

jawabannya kurang tepat ” atau kata-kata yang lainnya” agar tidak melemahkan

keinginan dan semangat siswa untuk menjawab pertanyaan yang di berikan oleh

guru. Sehingga siswa dapat menggali lagi pengetahuan mereka sampai mereka bisa

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

2.3 Solusi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Belum diterapkakn disini Menurut Saya

Adalah Sebagai Berikut :

1) Dalm meningkatkan konsentrasi anak dalam belajar bahasa Indonesia guru mengadakan

atau menggunakan suatu media untuk membuta anak fokus dalam belajar, dan media

yang hendak digunakan guru disini adalah media gambar, tapi media yang digunakan

itu tidak keluar dari materi yang diajarkan .

Dengan begitu konsentrasi anak akan tetap stabil, dan anak juga tidak akan bosen

untuk belajar bahasa Indonesia .

2) Pada permasalahan ke dua solusi yang tepat menurut saya adalah guru membimbing

siswa yang dianggapnya masih belum bisa membaca dan menulis. Guru juga

membuatkan kelompok atau menggunakan metode diskusi dengan teman-temannya,

yaitu dengan cara membagi siswa yang belum bisa membaca dengan yang sudah bisa

membaca,begitu juga dengan siswa yang belum bisa menulis.

3) Pada permasalahan ketiga ini solusi yang harus diterapkan guru adalah guru

menggunakan suatu media dalam mejelaskan, misalnya pada saat guru akan

menjelaskan bentuk gajah itu seperti apa maka guru memperlihatkan gambar gajah,

atau ketika guru menceritakan suatu cerita guru membawakan buku bacaan tentang

cerita itu. Denga hal ini siswa akan semangat dalam belajar bahasa Indonesia.

4) Dalam permasalahan ke empat ini guru menyuruh siswa untuk berdialog atau bercerita

tentang apa saja dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini akan melatih siswa

agar tidak kaku dalam menggunakan bahasa Indonesia.

5) Dalam permassalahan ke lima ini solusi menurut saya dengan guru memberikan knya

hadiah, tepuk tangan, puji-pujian kepada siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang

diberikan maka siswa akan termotivasi untuk menjawab pertanyan yang akan diberikan

tersebut.

Ketika siswa bisa menjawb pertanyaan yang diberikan hendaknya guru memperlihatkan

ekspresinya, dengan begitu siswa akan termotivasi dalam menjawab pertanyaan yang diberikan

tersebut .

Senin, 19 Mei 2014

RERAMPUTAN KEDUA _DIALEK DALAM BAHASA SASAK




1.      Beberapa macam dialek bahasa sasak
  1. Dialek Selaparang, yang banyak terpakai di wilayah Lombok Barat dan Lombok Timur.
  2. Dialek Pejanggik, yang banyak dipergunakan di Lombok Tengah dan Lombok Timur bagian Selatan.
  3. Dialek Pujut, yang banyak digunakan di wilayah Lombok Tengah bagian Selatan, serta beberapa tempat di Lombok Timur.
  4. Dialek Patung Bayan, yang banyak terpakai di wilayah Lombok Barat bagaian Utara dan Lombok Timur bagian Utara juga.
Untuk jelasnya dapat kita perhatikan beberapa contoh kosa-kata dari masing-masing dialek yang dimaksud seperti dituangkan dalam tabel berikut :
No
Kosa/Kata
Selaparang
Pejanggik
Pujut
Petung Bayan
Artinya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ngeno
Ngene
Tuak/bapa
Arak
Apa
Arak apa
dll.
Meno
Meni
Tuak/bapa/bajang
Arak
Apa
Arak apa
dll.
Meriku
Meriak
Owak
Arak
Apa
Apa arak
dll.
Nono
Nene
Mak
Arak
Apa
Arak apa
dl.
Begitu
Begini
Paman
Ada
Apa
Ada apa
dll.

            Dari tabel kosa kata yang diketengahkan diatas dapat kita amati kosa kata dari berbagai yang ada, sesungguhnya terdapat perbedaan yang sangat kecil, dan rata-rata dapat dipandang sebagai perbedaan dalam pengucapan sehari –hari saja. Karena itu dari manapun asalnya penutur bahasa sasak itu datang bilamana mereka berkomunikasi dengan memakai dialeknya sendiri-sendiri, tidak akan kita jumpai adanya orang sasak yang tidak mengerti pembicaraan orang sasak lainnya yang disebabkan dialek tersebut.

RERAMPUTAN KETELU

A.    SINTAKSI BAHASA SASAK
Sintaksi yang akan kita bicarakan dalam bahasa sasak bukanlah hal-hal yang berhubungan dengan pengertian atau definisi, seperti misalnya “ kalimat … ialah …”, “kata ialah …” atau “ frase ialah … dan sejenis dengan itu.
1.      Kalimat
Semua orang tahu kalimat itu sebagai kesatuan bahasa yang terkecil yang tak dapat di pecah lagi.
-          Sampun tiang nunas (sudah saya makan)
-          Tiang sampun nunas (saya sudah makan)
-          Nunas tiang sampun (makan saya sudah)
-          Uwah aku mangan (sudah saya makan)
-          Aku wah mangan (saya sudah makan)
-          Mangan aku wah (makan saya sudah)
-          Saweq aku m-ngan (sudah saya makan)
-          Aku saweq m-ngan (saya sudah makan)
-          M-ngan aku saweq (makan saya sudah)
Menyimak kalimat dari segi struktural maka kita dihadapkan pada bentuk ekspresi (yang berupa deretan bunyi ”dan“ makna yang tekandung dalam kalimat itu). Kalimat bahasa sasak, tidak dapat ditinjau dari segi makna saja tetapi yang tidak kalah pentingnya ekspresi itu. Lebih-lebih jika kita berpandangan bahwa struktur merupakan hubungan yang relatif tetap antara unsur pembentuk konstruksi kalimat, maka unsur-unsur yang harus ada dalam kalimat bahasa sasak adalah :
a.       Pikiran lengakap yang ada di dalamnya
b.      Susunan kata yang menjadi bentuk ekspresi
c.       Diam (yang mendahului kalimat), jeda (ditengah kalimat), berhenti (diakhir kalimat).
d.      Intonasi dan susunan kata yang menyatakan kelengkapan kalimat.
Jika anda perhatikan contoh kalimat diatas yang berarti “saya sudah makan” (dalam berbagai dialek) maka yang terbayang pada anda bahwa yang makan adalah “saya”, bukan “orang lain”.
Ini berarti yang benar adalah :
-          Tiang/sampun nunas (dialek pejanggik, pujut)
-          Aku/uwang mangan (dialek selaparang)
-          Aku/saweq m-ngan (dialek petung bayan)

2.      Kata
Seperti halnya kalimat, kata sebagai kesatuan bahasa terkecil yang melambangkan satu pengertian, terdiri dari 2 unsur, yakni bentuk kata (yang menjadi lambang pengertian) maka kata (perngertian yang dilambangkan kata itu).
Bentuk kata, merupakan unsur pengertian, penetapan lambangnya dilakukan oleh masyarakat pemakai bahasa itu, orang sasak melambangkan air yang mengelilingi pulau Lombok ini “segara”, orang Indonesia melambangkannya “laut”, orang Inggris melambangkannya “sea” dan lain-lain. Padahal segara, laut, sea itu bentuknya sama. Perbedan terjadi hanya karena penetapan oleh pemakai bahasa itu sendiri.
Lain halnya dengan makna kata sebagai pengertian-pengertian berhubungan dengan pikiran. Makna kalimat tidak tergantung dari banyak sedikitnya kata. Bandingkan contoh 1 dan 2 berikut ini:
1.      -                 Iya nangis
-          Inaq baruqna uleq
-          Kadang-waris bueq pesilaqna
-          Papuq gen lalo ojok mekah taun mudi.
2.      -                 Araq sepulu lueqna, anuq
-          Eleq julun rubin, tiang
-          Kamu uwah bait barang, saq
-          Anta perlu berajah pacu-pacu, sengaq anta.
3.      Frase dalam Bahsa Sasak
Frase, disebut pula kelompok membentuk kalimat, memang dengan sejumlah kata-kata. Tetapi yang secara langsung menjadikan suatu kalimat bukan kata demi kata melainkan kata dalam bentuk kelompok. Kita ikuti contoh berikut:
“ loq Srinata gen lalo ojok peken”.
Kalimat ini terdiri dari enam kata tetapi berbentuk dari dua kelompok kata yakni “lok Srinata” dan “gen lalo ojok peken”
IC kalimat basa sasak. IC (Immediate Constituent) diterjemahkan unsur-unsur langsung pembentuk konstruksi. Dalam satu kalimat, IC terdapat dalam Frase (kelompok kata) dan mungkin pula tidak. Perhatikan contoh kalimat berikut:


 






B.     Morfolosi dalam Basa Sasak
Morfologi yang kita maksud di sini adalah telah secara struktural terhadap morfem-morfem beserta penyusunannya dalam rangka pembentukan kata yang banyak terpakai dalam basa sasak.
Dalam uraian ini menyangkut morfem segmental yang terbagi atas morfem bebas dan morfem terikat yang banyak terpakai dalam basa sasak.


  1. Morfem bebas dalam basa sasak
Banyak contoh morfem bebas dalam penggunaan basa sasak. Kita sebut morfem bebas karena dapat dipakai berdiri-sendiri dan dapat diucapkan tersendiri walaupun tidak diletakkan dalam hubungan kalimat.
Misalnya :
a.       Satu suku kata            :                    Saq, to, leq, jak, yaq, gen, dll.
b.      Dua suku kata             :                    Bale, bareng, awis, dll.
c.       Tiga suku kata             :                    beriuk, jendela, jejuluk, beruni, dll.
  1. Morfem terikat dalam basa sasak
Morfem yang tidak berdiri sendiri, baru mengandung makna setelah diletakkan dalam hubungan kalimat atau dipadukan dengan morfem lain atau bentuk lain. Morfem ini dapat mendukung kalimat bila diikat oleh morfem lain. Morfem terikat ada yang terikat secara morfologis dan ada yang terikat secara sintaksis. Dalam uraian ini dapat dikemukakan karena keterbatasan waktu adalah morfem terikat secara morfologis dan bila menghususkan pada afiksasi (imbuhan). Ada 3 jenis afiks yakni :
a.       Prefiks (awalan)
b.      Infiks (sisipan)
c.       Sufiks (akhiran)

A.    Prefiks (awalan)
Awalan adalah morfem yang terletak didepan kata yang mengikatnya, misalnya /be-/dalam kata begawe, berterus, beruni, bedait, bekance, dll.
Dalam basa sasak, terdapat beberapa prefiks produtif antara lain :
Prefiks
Morfem Terikat
/ be - /
Begawe, bekedek, bedait, beruni, berujuk, dll.
/ ber - /
Beruni, berobah, berongkos, beradat, dll.
/ pe - /
Pemaling, penyopet, perampok, pengenem, dll.
/ peng - /
Pengkedek, pengawis, pengore, pengurus, dll.
/ me - /
Memaling, menaek, meliwat, menyusah, dll.
/ nge - /
Ngeraos, ngengakoq, ngengais, ngelokeq, dll.

B.     Infiks (sisipan)
Beberapa infiks (sisipan) yang produktif dalam basa sasak, antara lain:
Infiks
Morfem Terikat
/ - er - /
Geruduh, geruduk, geramus, gerangtang, dll.
/ - el - /
Gelompong, belunjur, belosor, selubung, dll.
/ - eg - /
Gegitaq, gegoloq, dll.
/ - em - /
Pemaling, pemujiq, pemaliq, gemugut, kemuning, dll.



C.     Sufiks (akhiran)
Beberapa akhiran produktif dalam basa sasak, antara lain :
Sufiks
Morfem Terikat
/ - an /
Bunian, oleqan, piyaan, gitagan, baitan, dll.
/ - ang /
Gune-ang, kadu-ang, gulah-ang, kodeq-ang, dll.
/ - n /
Bleq-n, yaq-n, jaq-n, naq-n, dll.
/ - m /
Neg-m, yaq-m, mele-m, semel-m, dll.
/ - na /
Anuq-na, piyaq-na, serio-na, kedu-na, singgaq-na, dll.

D.    Simulfiks (kombinasi awalan dan akhiran)
Banyak morfem terikat yang terbentuk dari kombinasi antara prefiks dan sufiks atau kombinasi ketiganya. Simulfiks produktif dalam basa sasak antara lain :
Simulfiks
Morfem Terikat
/ be - an /
Be-gawe-an, be-sirik-an, be-jagur-an, be-lajak-an, dll.
/ pe – an /
Pe-rage-an, pe-kedek-an, pe-lumbar-an, pe-kedek-an, dll.
/ ke - an /
Ke-jari-an, ke-susah-an, ke-bagus-an, ke-kedek-an, dll.
/ te – an /
Te-talet-an, te-tangis-an, te-tagih-an, te-tugas-an, temanfaat-an, dll.
/ te – an /
Anuq-na, piyaq-na, serio-na, kedu-na, singgaq-na, dll.


PERAMPUTAN KEEMPAT

A.    Berekeng (berhitung)
  1. Angka Satuan
Yang paling banyak dikenal adalah menebutkan angka-angka satuan seperti :
1     =    sekeq (sopoq) (saq)
2     =    Dua
3     =    telu
4     =    empat
5     =    lima
6     =    enem
7     =    pituq
8     =    baluq
9     =    siwaq
10   =    sepulu

  1. Angka puluhan dalam bilangan sasak dicirikan dengan sebutan pulu atau dasa hingga kita kenal angka-angka berikut :
10   =    sepulu
20   =    Duepulu
30   =    telungdasa
40   =    petangdasa
50   =    limangdasa (seket)
60   =    enemdasa
70   =    pituqdasa
80   =    baluqdasa
90   =    siwaqpulu
100 =    satus

  1. Angka belasan dicirikan dengan sebutan “olas” misalnya :
11   =    solas
12   =    Due-olas
13   =    telu-olas
14   =    empat-olas
15   =    lima-olas
16   =    nem-olas
17   =    pituq-olas
18   =    baluq-olas
19   =    siwaq-olas



  1. Angka bilangan dua puluhan s/d duapuluh sembilan dengan sebutan likur, misalnya :
21   =    selikur
22   =    Duelikur
23   =    telulikur
24   =    empatlikur
25   =    limalikur
26   =    nemlikur
27   =    pituqlikur
28   =    baluqlikur
29   =    siwaqlikur

  1. Angka-angka 30, 40, 50 dan seterusnya sampai dengan 100 bila ditambahkan dengan bilangan satu sampai bilangan sembilang (1 – 9) sebetannya tinggal menambahkan bilangan yang dijumlah tersebut di belakangnya misalnya telung dasa sekeq – telung dasa siwaq (31 – 39).
  2. Angka ratusan diatas 100 mulai dari 200 dipakai sebutan bilangan khusus, seperti:
200 =    satak
300 =    telungatus
400 =    samas (empat ratus)
500 =    limangatus
600 =    telungatak (enemratus)
700 =    pitungatus
800 =    baluqratus atau domas
900 =    siwaq ratus.
      

  1. Beberapa bilangan yang memiliki sebutan tersendiri.
-          150 disebut karobelah
-          175 disebut lebak. Jika dijumlahkan dengan siu (1000 + 175) tidak di nyatakan dengan sebutan siu lebak tetapi harus dengan sebutan siu satus pitungdasa lima (siu satus pituq pulu lima).
-          1000 = siu (sekeq – iyu atau sopoq iyu)
-          2000 = dua iyu disebut pula duang tali.


B.     Kata Dasar dan Kata Berimbuhan
1)      Kata Dasar
Seperti dalam kata-kata bahasa Indonesia, kata-kata basa sasakpun ada yang berbentuk kata dasar dan adapula kata kejadian. Kata dasar merupakan kata yang dapat digunakan sebagai pembentuk kalimat tanpa disertai imbuhan.
Contoh :
-          Abot                      =                   enggan
-          Birak/biras             =                   tergores
-          Culuk                    =                   suka, grang
-          Bangket                =                   sawah
-          Lendang                =                   lapangan
-          Kokoq                   =                   sungai
-          Perabot                  =                   peralatan

2)      Kata Berimbuhan
Dalam pelajaran bahasa Indonesia kata jadian disebut pula kata berimbuhan. Kata jadian atau kata berimbuhan dibentuk dari kata dasar dengan beberapa kaidah bentukan, misalnya: dengan afiksasi, dengan perulangan atau dengan bentuk kata majemuk.
-          Dengan afikasi                                    :  ngantok  :  kengantokan
Gawe                                                                     :  begawean
-          Dengan perulangan                             :  kira         :  kira-kira
Pira                                                                        :  pira-pira
-          Dengan bentuk majemuk                    :  bina – kira
Solah – lenge (solah – enges)
Kata dasar yang disertai awalan (prefiks), sistem (infiks), sufiks (akhiran), konfiks (kombinasi dari keduanya) sudah disinggung dalam pembahasan terdahulu tentang morfologi basa sasak.
C.    SAQ dan SIQ Dalam Basa Sasak
1.      Dalam basa sasak terdapat satu konstruksi yang terdiri dari unsur saq atau siq. Unsur ini ditemukan dalam semua dialek yang ada, baik dialek Selaparang, Pejanggik, Pujut, maupun Petung Bayan. Saq atau siq biasanya diikuti oleh kata-kata atau frase tertentu.
2.      Fungsi Saq dan Siq
A.    Saq atau siq bergungsi sebagai kata depan (preposisi)
Contoh :
-          Dengan siqpetena sino uwah lalo aning Ampenan (orang yang dicarinya itu sudah pergi ke Ampenan).
-          Pegawean siqmeni seni paling endaq-k kanggoq (pekerjaan semacam inilah yang paling tidak kusukai).

B.     Berfungsi sebagai ganti orang, kata ganti penunjuk, kata ganti benda lainnya. Contoh :
-          Siq betangkong abang sino, semeton loq Bolang. (yang berbaju merah itu, saudaranya si Bolang).
-          Tebolaq siqngalaq, anungku! (tutupan yang terbuka itu kepunyaanku).
-          Lamun anta gen mbeli radio, bagusan maraq anuna Amaq Ihsan siq bideng sino. (Jika kamu akan membeli radio, lebih baik seperti kepunyaan pak Ihsan yang hitam itu).

C.     Berfungsi sebagai kata benda.
Contoh :
-          Saq maraq n-ni wah muk-kanggoq (yang seperti inilah yang saya suka).
-          Legang siqkodeq sino tono! (tinggalkan saja yang kecil itu di sana).
D.    Berfungsi sebagai kata bilangan
Contoh :
-          Saq sopoq leq sesangkok, saqsopoq leq berugaq (yang satu diserami, yang satu di balai-balai).

E.     Berfungsi sebagai penyerta kata kerja.
Contoh :
-          Sesampun tiang ngantos bagaq ngoneq, beruqna dateng sopoq kanak siq mbuka-ang tiang lawang/jebak. (setelah cukup lama saya menungu barulah datang seorang anak membukakan pintu halaman.
F.      Berfungsi sebagai penyerta kata sifat
Contoh :
-          Lamun da mbau paoq, pilen siq toaq-toaq adeqna gelis masak teperenduh. (Bila anda memetik mangga, pilihlah yang tua-tua supaya cepat matang diasapi).

G.    Berfungsi untuk mempertegas maksud
Contoh :
-          Saq kenaq ntan begawean! (yang benar cara kerjanya)

RERAMPUTAN KELIMA

A.    Problema Basa Sasak
  1. Penyebaran Basa Sasak
Penyebaran dan standarisasi bahasa sasak memang tidak ada pada saat sekarang ini. Artinya tidak dilakukan secara khusus. Bahkan dalam awal uraian tulisan ini dikemukakan bahwa bahasa sasak diajarkan secara formal disekolah ketika zaman Belanda dan tidak lama pada zaman Jepang menjadi hilang di sekolah-sekolah sejak hilangnya Ki Hajar Dewantara dan Muh. Yamin yang menjadi dedengkot pendidikan dan kebudayaan Indonesia.
Peran pengarang atau penulis daerah Lombokpun hampir-hampir kosong. Kalaupun ada, terbatas pada penelitian-penelitian budaya sasak yang diproyekkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, sedang yang dipublikasi melalui media masa ataupun buku-buku khusus bahasa dan sastra sasak memang belum ada. Itu pula sebabnya bahasa sasak sementara ini tergolong sebagai bahasa yang statis.
Masuknya bahasa Indonesai sebagai ahasa pungut untuk memperkaya bahasa sasak, bukanlah berarti mengikis perbedaharaan bahasa sasak, namun justru untuk memperkaya, sepanjang dalam istilah bahasa sasak tersebut belum ada pada katanya.
Perlu dijelaskan bahwa mengapa suatu bangsa atau suku bangsa memungut unsur bahasa dari bahasa lain. Dijelaskan oleh seorang ahli bahasa yakni Hockett bahasa ada 2 penyebab :
1.      Adanya keperluan untuk memenuhi (need filling motive)
2.      Adanya keinginan berlagak prestise (beraksi-aksian = prestige motive)

  1. Interforensi Basa Sasak
Kalau kita telah sapai pada keterpengaruhan suatu bahasa oleh bahasa lain. Berarti kita telah measuki pengertian intorforensi bahasa. Interferensi (Inggris : interference = pelanggaran atau percampuran) yang dimaksudkan di sini adalah pencampuran ataupun pelanggaran penggunaan bahasa/kaidah bahasa.
Ada beberapa macam interferensi dalam bahasa sasak yakni :
1.      Inteferensi aktif, yakni kebiasaan – kebiasaan yang ada pada bahasa daerah terpindahkan kedalam bahasa Indonesia. Misalnya dalam kalimat :
-          Maeh saya minta sedikit cat-cairnya. Saya lupa membawa!
-          Bagaimana mungkin saya gaweq, orang saya sedang repot!
-          Lasingan kamu tidak mau sabar, Pantesanjadi runyam semua!

2.      Interferensi pasif, yakni tidak digunakan bentuk/pola bahasa Indonesia karena bentuk/pola itu tidak terdapat di dalam bahasa daerah.
Contoh :
-          Jangan ngomong besar kalau belum ada buktinya!
(Dendeq sombong, lamun ndeq man araq bukti).
-          Nanti sudah,saya masih bekerja!
(Laun uwah, aku masih begawean) seharusnya bukan nanti sudah tetapi nanti saja).

3.      Interferensi variasional ; yakni masuknya beberapa variasi bahasa daerah (sasak) ke dalam bahasa Indonesia bila penutur bahasa sasak itu memakai bahasa Indonesia. Misalnya :
-          Dalam tata ucapan                           :  -     Pengantin – penganten (penganten)
-          Akan – mau/hendak (mele/kayun)
-          Samakan – samaken (padeang)
-          Kedudukan – kedudu’an (keduduqan)
-          Bentuk kata    :                                -  Prakarsa – inisiatif (Inisiatif)
-          Allah Ta’ala – Allah Taqala
-          Zikir – jikir (sikir)
-          Rumah teman – rumahnya teman.
-          Kata kalimat   :                                -  A   : Mengapa kamu biarkan rusak?
B                                                                     : Biarin! (adeqan iye!)

4.      Alih kode (penggantian kode)
Istilah alih kode dalam ilmu bahasa adalah perubahan tutur dari satu bahasa ke bahasa lain (Indonesia – Daerah atau Daerah – Indonesia atau juga Daerah – Daerah).
Contoh :
-          Leman oneq sida tantih (te-antih) isiq amaq kaka, laguq mungkin parana side ndeq gen dateng. Pulanglah dia! Kayaknya dia tidak akan datang lagi. Kalau memang terlalu perlu biar tiang saja yang jemput?
-          Oh ya! Aoq aneh, tutut-ang ite semendaq, perlu sekali masalah yang akan dibicarakan!
-          Ng-geh! Mangkin niki beterus tiang gen lekaq!



follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here