Counter

Followers

Kamis, 27 Februari 2014

pembagian kata


Kata
Kata berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas:
a.       Kata dasar yang biasanya terdiri dari morfem dasar. Seperti: kebun, lihat, anak.
b.       Kata berimbuhan dapat dibagi atas:
-    Awalan                               : berjalan, menulis
-    Bersisipan                        : gemetar, gerigi
-    Berakhiran                        : timbangan, langganan
-    awalan dan akhiran        : persatuan, kebenaran
c.        Kata ulang: main-main, berjalan-jalan
d.       Kata majemuk: matahari, sapu tangan
Catatan: Kata adalah satuan bahasa terkecil yang diperoleh sesudah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya dan mengandung sebuah ide.

Jenis Kata:
1.       Kata Benda
                Kata yang menyatakan nama-nama benda atau segala sesuatu yang dibendakan. Misalnya: Pohon itu roboh diterjang badai.
                Kata benda berimbuhan
                pe-          : petani, pedagang, penyanyi
                peng-     : pengawas, pengirim, pemilih
                -an          : anjuran, bacaan, kiriman
                peng—an: pemberontakan, pendaftaran, pengakuan,
per—an: pertanian, perjuangan (hal), perkelahian, percakapan (perbuatan), perikanan,   
                persuratkabaran (yang berkaitan), perapian, perkotaan (tempat)
                ke—an   : kepergian, kedatangan (hal yang berhubungan), kekosongan, keberanian (keadaan),
  kebangsaan, kemanusiaan (hal mengenai), kedutaan, kelurahan (kantor/wilayah)
                -el-, -er-, -em-, -in-: telunjuk (tunjuk), gerigi (gigi), gemetar (getar), kemuning (kuning)
                -wan/-wati : ilmuwan, karyawati
                -at/-in, -a/-i: muslimin/muslimat, dewa/dewi
                -isme, -(is)asi, -logi, -tas : komunisme, kolonialisasi, biologi, kualitas

2.       Kata Kerja
                Kata yang menyatakan perbuatan atau pekerjaan. Misalnya kakak belajar di kamar.
                Kata kerja berimbuhan:
meng-    : mengambil , mengikat,  mengolah
per-         : peringan, perlebar, perluas
ber-         : berunding, berantai, bekerja, berkarya
ter-          : terasa, terpercaya, tepercik
di-           : dibeli, diambil, didalami
-kan        : letakkan, buatkan, kumpulkan
-i              : pukuli, tangisi

3.       Kata Sifat
                Kata yang menyatakan sifat khusus, watak, keadaan benda, atau yang dibendakan. Misalnya: Kami kedinginan malam ini.
                Kata sifat berimbuhan:
                -i, -iah, -wi             : abadi, ilmiah, duniawi,
                -if, -er, -al, -is        : aktif (aksi), komplementer (komplemen), normal (norma), teknis (teknik)

4.       Kata Keterangan
                Kata yang memberi keterangan pada kata kerja atau pada kata sifat. Misalnya: Karena malu, ia segera berlari pulang.
                Kata keterangan berimbuhan:
                se—nya : sebaiknya, sebenarnya, secepatnya
                -nya        : rasanya, agaknya, rupanya, biasanya

5.       Kata Ganti
                Kata ganti adalah kata yang menggantikan kata benda atau sesuatu yang dibendakan. Kata ganti, antara lain terdiri atas:
a)       Kata ganti orang, yang meliputi:
1.       Kata ganti orang pertama tunggal. Misalnya: Saya sedang belajar Bahasa Indonesia.
2.       Kata ganti orang pertama jamak. Misalnya: Kami tidak akan membuat keributan lagi.
3.       Kata ganti orang kedua tunggal. Misalnya: Silakan Anda temui anak itu.
4.       Kata ganti orang kedua jamak. Misalnya: Kalian harus memperbaiki diri sebaik-baiknya.
5.       Kata ganti orang ketiga tunggal. Misalnya: Sejak sakit, ia menjadi anak pendiam.
6.       Kata ganti orang ketiga jamak. Misalnya: Apakah mereka menyadari kesalahannya?
7.       Kata ganti orang pertama dan kedua. Misalnya: Jika demikian, ya kitatinggal berdo’a.
b)       Kata ganti empunya
Misalnya: ku, mu, nya.
c)       Kata ganti penunjuk
Misalnya: ini, itu, sana, sini.
d)       Kata ganti penghubung
Misalnya: yang
e)       Kata ganti penanya
Misalnya: bagaimana, siapa

6.       Kata bilangan
                Kata yang menunjukkan bilangan atau jumlah suatu benda. Misalnya: delapan, seekor, sepucuk.
7.       Kata depan
Kata yang menghubungkan benda dengan kata-kata yang lain. Kata depan biasanya terletak di depan kata benda. Misalnya: di, dari, untuk.
8.       Kata sambung
                Kata yang menghubungkan dua kalimat menjadi satu yang utuh. Misalnya: dan, meskipun, melainkan.
9.       Kata sandang
Kata yang menentukan atau membatasi kata benda. Kata sandang biasanya terletak di depan kata benda. Misalnya: si, sang, para, hang.
10.    Kata seru
                Kata yang menyatakan luapan emosi atau perasaan. Misalnya: ah, amboi, astaga.

Pembagian Jenis Kata Baru
1.       Kata benda adalah segala macam kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang+kata sifat.
Misalnya: perumahan yang baru, pohon yang besar.
2.       Kata kerja atau verba. Kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata
        dengan+kata sifat.
Misalnya: Adik tidur dengan nyenyak, Andi berlari dengan kencang.
3.       Kata sifat. Segala kata yang mengambil bentuk se+reduplikasi+nya, serta dapat diperluas dengan paling,
        lebih, sekali.
Misalnya: se-tingi-tinggi-nya, paling sakit, sakit sekali.
4.       Kata tugas.
a.       Bentuk
Dari segi bentuk umumnya kata-kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk, seperti: dengan, telah, dan tetapi tidak bisa mengalami perubahan. Tetapi di samping itu ada segolongan kata yang jumlahnya sangat terbatas, walaupun termasuk kata tugas yang dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya: tidak, sudah, dapat berubah menjadi: meniadakan, menyudahkan.
b.       Kelompok kata
Dari segi kelompok kata, kata-kata tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata tugas dapat dibagi atas dua macam, yaitu:
1.       Kata tugas yang monovalen (bernilai satu), yaitu semata-mata bertugas memperluas kalimat. Misalnya: dan, tetapi, sesudah, di, ke, dari.
2.       Kata-kata tugas yang ambivalen (bernilai dua), yaitu di samping berfungsi sebagai kata tugas yang monovalen dapat juga bertindak sebagai jenis kata lain, baik dalam membentuk kalimat minim maupun dalam merubah bentuknya. Misalnya: sudah, tidak.
c.        Partikel kah, tah, lah, pun.
Partikel adalah semacam kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus yaitu sangat ringkas atau kecil, dengan mempunyai fungsi tertentu. Bentuk-bentuk kah, tah, lah, pun, adalah partikel penentu atau pengeras.
Fungsi dan makna partikel-partikel tersebut di atas dapat dirinci sebagai berikut:
1.       Partikel kah
Fungsi partikel kah.
a.       Memberikan tekanan pada pertanyaan, kata yang dihubungkan dengan kah itu dipentingkan. Misalnya: Belajar atau tidurkah dia?
b.       Dapat dipakai pula untuk menyatakan hal yang tidak tentu. Misalnya: Datanglah atau tidakah saya tidak tahu.
2.       Partikel tah
Fungsi partikel tah.
Fungsi partikel tah ini sama dengan kah, tetapi lebih terbatas pemakaiannya hanya pada kata tanya saja. Misalnya: apatah, manatah, siapatah. Bentuk-bentuk ini lebih sering dijumpai dalam bahasa Melayu lama. Maka pertanyaan dengan memepergunakan partikel tah adalah meragukan atau kurang tentu.
3.       Partikel lah
Fungsi partikel lah adalah:
a.       Menegaskan sastra perbuatan baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam permintaan atau harapan. Misalnya: Bukalah dengan rapi!
b.       Mengeraskan satu satra keterangan. Misalnya: Tiadalah aku mau diperlakukan seperti itu.
c.        Menekankan satra pangkal. Dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel yang. Misalnya: Engkaulah yang bertanggung jawab atas kejadian ini.
4.       Partikel pun
Fungsi dari partikel pun adalah:
a.       Mengeraskan atau memberi tekanan pada kata yang bersangkutan. Misalnya: Tak seorang pun keluarganya menghadiri pesta itu.
b.       Dalam penguatan atau pengerasan dapat terkandung arti atau pengertian berlawanan. Misalnya: mengorbankan nyawa sekalipun aku rela.
c.        Gabungan antara pun+lah dapat mengandung aspek inkoaktif. Misalnya: Setelah mereka pergi, ayah pun tibalah.
B.       Kata Ulang
Kata-kata ulang disebut juga reduplikasi. Pada dasarnya kupu-kupu bukanlah termasuk kata ulang, tetapi ada sebagian ahli bahasa tetap kokoh dengan pendapatnya dengan mengatakan kupu-kupu, kura-kura, termasuk ke dalam kata ulang.
Pada prinsipnya pengulangan mempunyai syarat di antaranya:
1.       Selalu mempunyai dasar yang diulang
2.       Proses pengulangan tidak mengubah jenis (kelas) kata.
3.       Bentuk dasarnya adalah kata yang lazim (umum) dipakai dalam tindak berbahasa.
Macam-macam kata ulang:     
1.       Kata ulang dwipurwa. Ulangan atas suku kata awal. Contoh: leluasa, tetangga.
2.       Kata ulang utuh/ asli. Yaitu ulang atas bentuk dasar yang berupa kata dasar. Seperti: pencuri-pencuri, anak-
        anak.
3.       Kata ulang dwilingga salin suara atau berubah bunyi. Kata ulang yang terjadi perubahan bunyi pada bagian
        berulangnya. Seperti: bolak-balik, gerak-garik.
4.       Kata ulang berimbuhan. Kata ulang yang pengulangannya mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama
        maupun pada lingga kedua. Seperti: pukul-memukul, berpukul-pukulan.

Fungsi kata ulang
Menentukan fungsi kata ulang di sini sangat sulit, sebab fungsi dan arti terjalin erat. Bila hanya dilihat dari proses terjadinya kata ulang tersebut maka akan ditemukan adanya fungsi morfologis. Hal tersebut disebabkan oleh konsep bahwa prinsip perulangan tidak mengubah jenis kata. Artinya, bila kata dasar dari jenis kata benda maka tetap akan kita dapatkan kata benda dari kata ulangannya, demikian pula untuk jenis kata yang lain.
Adapun arti yang didukung oleh perulangan adalah:
1.       Banyak yang tidak tentu
-          Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari
-          Kuda-kuda itu berkejar-kejaran.
2.       Bermacam-macam
-          Pohon-pohonan: banyak dan bermacam-macam pohon
-          buah-buahan: banyak dan bermacam-macam buah.
3.       Menyerupai
-          kuda-kuda
-          langit-langit
4.       Agak
-          Kemalu-maluan
-          kebarat-baratan
5.       Menyatakan intensitas
a.    Intensitas kualitatif. Contoh: belajar segiat-giatnya. Gunung itu yang setinggi-tingginya di Pulau
      Jawa.
b.       Intensitas kuantitatif. Contoh: kuda-kuda, buah-buah.
c.        Intensitas frekuentatif. Contoh: Bapak menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia mondar-mandir saja sejak tadi.
d.       Menyatakan saling/ berbalas-balasan/ resiprok
-          Mereka bersalam-salaman.
-          Kedua saudara itu hidup tolong menolong.
6.       Menyatakan kolektif/ kumpulan
-          Anak itu berbasis dua-dua.
-          Pertandingan itu diikuti tiga-tiga regu.

C.       KATA SERAPAN
Contoh
Benar
Asal

Benar
Asal

Benar
Asal
aktif
active

indeks
index

praktik
practice
aktivitas
activity

karier
carier

rasional
rational
analisis
analysis

karisma
charisma

sistem
system
atlet
athlete

kolera
cholera

teknik
technique
ekspor
export

konkret
concret

teknologi
technology
hierarki
hierarchy

kualitas
quality

varietas
variety



Wacana

1.
Semua perkara yang melibatkan bahasa ialah wacana. Retorik menjadi komponen yang penting bagi wacana.
2.
Fonologi merupakan kajian mengenai fonem sebagai unit bahasa. Sintaksis pula mengkaji ayat sebagai unit bahasa, binaan serta konstruksinya. Bagaimanapun kebolehan menguasai bidang-bidang ini hanya menjamin kebolehan menggunakan sistem dan peraturan-peraturan tatabahasa sahaja.
3.
Tingkat-tingkat fonem, morfem, kata. frasa, klausa, dan ayat merupakan peringkat bentuk; manakala wacana merupakan peringkat fungsi.
4
Kamus Dewan mentakrifkan wacana sebagai:
i. keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan, ucapan, pertuturan, percakapan'
ii. kesatuan fikiran yang utuh, sama ada dalam bentuk lisan (seperti pidato, khutbah) atau tulisan (seperti surat, aartikel, novel, cerpen).
5.
Wacana ialah satu unit bahasa yag lengkap . Ia melebihi tingkat ayat.
6.
Oleh kerana sifatnya yang lengkap wacana mempunyai tubuh teks seperti berikut:
a. pendahuluan
b. tubuh - isi, munasabah, logik, menarik, berkesan, usur-unsur paralinguistik (tanda bacaan, cetakan tebal, miring, garis tebal)
c. penutup
d. graf, jadual, peta dan statistik.

7.
Ia dapat digambarkan seperti berikut:

8.
Wcana boleh ditulis dalam pelbagai bentukpenulisan, iaitu sama ada naratif (pemerian), deskriptif (pengambaran), eksposisi (pendedahan) atau penghujahan.
9.
Wacana mempunyai penanda, juga dikenali sebagai penanda wacana.
Fungsi
Contoh
1. Tambahan
dan, serta, lagi, tambahan lagi, tambahan pula, selanjutnya, seterusnya, di samping.
2. Urutan
pertama, kedua, seterusnya, selepas itu, kemudian, kemudian daripada itu, akhirnya.
3. Penyataan semula
iaitu, yakni, dengan kata lain, seperti yang diterangkan.
4. Contoh
contohnya, seperti, ibarat, laksana, macam, umpama, bagai, bak kata, sebagai.
5. Rumusan
rumusannya, kesimpulannya, sebagai kesimpulan, akhir kata, sebagai penyimpul kata
6. Tempat
berhampiran dengan, bersebelahan dengan, bertentangan dengan.
7. Waktu
apabila, ketika, semasa, kemudian, selepas, pada mulanya, lama-kelamaan, lambat-laun, akhirnya.
8. Sebab dan kesan
oleh itu, sebab itu, justeru itu, fasal, lantaran, jadi, dengan itu.
9. Bandingan
seperti juga, serupa dengan, sesuai dengan, sama juga dengan.
10. Pertentangan
tetapi, sebaliknya, sungguhpun, walau bagaimanapun, namun begitu, bertentangan dengan.
11. Pengesahan
sebenarnya, sesungguhnya, sewajarnya, tentulah, pastilah, sememangnya.







follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here