Counter

Followers

Senin, 02 September 2013

PEDOMAN HIDUP Versi Al-Qur'an dan Realita



TAFSIR QS. AL IMRON :164
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٤٦۱ (
Terjemahan  QS.Al-Imron:164
 Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al Qur'an) dan Hikmah (As Sunnah) Sesungguhnya sebelum itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Penjelasan Ayat:
1)      Kata مَنَّ dalam al-Quran mempunyai  pengertian, adalah:
Memberikan karunia kepada seseorang tanpa mengharap balasan. Dalam ayat ini (164) adalah yang dimaksud dengan kata manna. Jadi maksudnya, Allah Ta’ala memberikan karunia berupa diutusnya seorang Rasul dari kalangan manusia tanpa mengharap balasan dari hamba-Nya.
2)      Mengapa dalam ayat ini hanya disebutkan orang mukmin saja? Bukankah Rasulullah saw. itu diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam? Jawabannya adalah karena orang yang mampu menerima manfaat dari kenikmatan dan hidayah itu hanya orang mukmin. Maka disini disebutkan khusus bagi orang mukmin, sebagai bentuk penghormatan dan kemuliaan.
3)       Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai kata (مِنْ أَنْفُسِهِمْ):
  •  Min anfusihim dimaksudkan dari kalangan orang Arab. Karena kita tahu bahwa Nabi Muhammad saw. diutus pertama kali di negeri Arab. Allah mengutus beliau dari kalangan Arab sehingga mereka lebih memahami apa yang disampaikan oleh beliau. Walaupun risalah beliau tidak khusus bagi orang arab.
Ibnu Katsir (1/425) memilih pendapat yang kedua. Bahwa seorang Nabi itu dari jenis manusia. Ini ditunjukkan dalam Al-Kahfi:110:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ.
(katakanlah sesungguhnya tiada lain aku juga manusia seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian hanyalah Tuhan yang Maha Esa...). Dalam ayat ini disebutkan bahwa Rasul itu sama seperti umatnya, yaitu dari kalangan manusia. Yang membedakan hanyalah karena Rasul adalah manusia yang diberi wahyu. Ulama mengatakan Nabi Muhammad adalah basyarun walakin laisa kal basyari (manusia tetapi bukan seperti manusia biasa). Dikatakan seperti itu, karena Allah memberi banyak kemuliaan dan keistimewaan. Yaitu dengan memberi wahyu kepada beliau, diberikan sifat ma’shum (terjaga dari berbuat kesalahan).
4)      Dalam ayat ini dapat kita ambil pelajaran tentang tiga prinsip dasar pendidikan. Yaitu:
  •  Tilawah. Hal ini memberikan isyarat bahwa dalam pendidikan perlu diajarkan sebuah skill atau yang sekarang dikenal dengan kemampuan afektif. Karena tilawah adalah salah satu bentuk skill membaca yang sungguh sangat penting. Karena denganya terbuka berbagai cakrawala pengetahuan. Dalam praktekanya, Rasulullah menghasung umatnya untuk mengembangkan berbagai skill, seperti belajar memanah, menunggang kuda, berenang, menguasai bahasa asing, dll.
  •  Tazkiyah. Hal ini menunjukkan perlu adanya pendidikan emosional atau yang dikenal dengan istilah psikomotorik. Maka tidak heran jika Rasulullah selalu membina umatnya tentang pentingnya akhlak-akhlak yang mulia, seperti jujur, pemaaf, tidak mudah marah, sabar dan ridho terhadap sebuah musibah dll.
  •  Ta’lim, bisa disebut dengan kemampuan kognitif. Yaitu dengan adanya transfer ilmu sehingga umat mempunyai kemampuan untuk berpikir dan mengamalkan.

·         Kaitan dengan realita/ kejadia sekarang.

Bila direnungkan, zaman sekarang ini banyak yang hilang dari kehidupan umat Islam. Umat Islam seperti digambarkan Al-Qur’an sebagai “khaira ummah” yaitu sebaik-baiknya umat yang memerintahkan kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, sudah banyak tidak terbukti. Banyak yang sudah hilang dalam tubuh umat Islam, mereka kehilangan pegangan dalam banyak hal dalam dirinya sehingga ia lupa bahwa masih ada kehidupan setelah hidup di dunia ini. Kebanyakan dari masyarakat sekarang hanya menganggap al-qur’an sebagai kitab yang hanya dibaca tanpa harus mengetahui maknanya, selain itu agama lebih banyak sebagai ilmu bukan sebagai nasehat dan perenungan bagi setiap penganutnya. Nilai-nilai kehidupan banyak yang sudah terbalik sudah tidak sesuai dengan syariat agama islam. Akhirat jarang diperbincangakan dan diperhatikan, tapi urusan dunia dikejar habis-habisan. Kenikmatan fisik, tubuh dan materi dipuja-puja, dijadikan kebutuhan pertama dan utama. Banyak dari masyarakat sekarang yang sudah hilang dari ruh agamanya yang justru seharusnya didapatkan dari keberagamaanya. Al-qur’an yang menjadi pedoman hidup manusia kini sudah tidak diperhatikan lagi oleh sebagian besar umat islam sendiri, ajaran agama pun banyak yang sudah ditiadakan dalam kehidupan sehari-hari, demi menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan hidupnya. Kepercayaan umat beragama sekarang bahwa denngan melaksankan tugas wajib sebagai penganut agama islam seperti rukun islam yang lima mengucapkan duaalimah syahadat, shalat 5 waktu dalam sehari semalam, pusa, sadaqah, dan haji bagi mereka bahwa setelah ini semua terlaksana sudah cukup bagi mereka dalam menjalankan syariat islam, tanpa mau mencari tau apa saja yang diajarkan daam al-qur’an sebagai pedoman hidup orang islam.

Tidak ada komentar:

follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here