Counter

Followers

Rabu, 03 Juli 2013

PROPOSAL PENELITIAN



PROPOSAL PENELITIAN
PERAN BIMBINGAN KONSELING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI BAHASA ARAB KELAS VIII MTsN 3 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012


A.    Konteks Penelitian
Bimbingan konseling merupakan proses yang menunjang pelaksanaan pendidikan di sekolah, dan yang menjadi subjek bimbingan konseling adalah individu yang bermasalah yang tidak mampu memecahkan masalahnya. Dalam suatu keadaan tertentu bimbingan konseling bisa dijadikan metode untuk mengatasi masalah siswa yang dapat mengganggu belajarnya. Tujuan bimbingan konseling yaitu membantu siswa dalam mengembangkan potensinya secara optimal.
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat diperlukan karena setiap siswa di sekolah dapat dipastikan memiliki masalah, baik masalah pribadi maupun masalah dalam belajarnya, dan setiap masalah yang dihadapi masing-masing siswa sudah pastilah berbeda.
Menurut Dzaky yang dikutip oleh Tohirin, mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagi berikut:
Pertama, masalah yang berhubungan dengan problematika individu dengan Tuhannya. Kedua, masalah individu dengan dirinya sendiri. Ketiga, individu


dengan lingkungan keluarga. Keempat, individu dengan lingkungan kerja. Kelima, individu dengan lingkungan sosial.[1]
Bimbingan dan konseling sesuai dengan Undang-Undang yang dikutip oleh Prayitno dalam bukunya Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, yaitu: “PP No. 28 dan 29 tahun 1990 dan PP No. 72 tahun 1991 pada dasarya mengemukakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”.

Secara lebih spesifik, SK MENDIKBUD No. 025/0/1995 mengemukakan: bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melaui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. [2]

Ada beberapa alasan mengapa bimbingan koseling diperlukan dalam penyelenggaraan program pendidikan di sekolah:
1.      Ada bebrapa masalah dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang tidak dapat ditangani oleh guru sebagai pengajar.
2.      Guru terikat oleh materi, tujuan pengajaran dalam kurikulum yang harus diselesaikan.
3.      Ada beberapa kegiatan dalam rangka mendidik siswa yang harus dilakuan oleh petugas sekolah selain guru (konseling).
4.      Kadang-kadang terjadi konflik antar siswa dan guru yang pemecahannya memerlukan banatuan pihak ketiga.[3]

Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar berhasil dalam belajar. Ketika siswa memiliki masalah dalam belajarnya, dalam kondisi seperti ini bimbingan konseling diperlukan dan yang bertanggung jawab atas program bimbingan konseling di sekolah adalah guru BK bukan guru (pengajar) karena pengajar terikat oleh materi, tujuan pengajaran dalam kurikulum yang harus diselesaikan.
Tiap-tiap siswa yang mempunyai masalah juga mempunyai dorongan untuk menyelesaikannya, namun karena keterbatasan adakalanya siswa tidak selalu berhasil dan bisa menimbukanl rasa putus asa. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus diarahkan untuk membantu dan memotivasi siswa agar terus berusaha untuk menyelesaikan masalahnya. Motivasi-motivasi yang diberikan kepada siswa dapat menumbuhkan kesadaran atas tugas-tugasnya sebagai siswa dan dapat berkembang secara optimal. Dalam hal ini, guru BK berfungsi sebagai motivator.
Ajaran Islam melalui al-Qur’an dan Hadits berfungsi sebagai pengendali (control) yakni memberikan potensi yang dapat mengarahkan aktivitas setiap hamba agar tetap terjaga dalam pengendalian dan pengawasannya.[4]Dengan fungsi al-Qur’an sebagai pengendali ini perilaku siswa yang sekaligus sebagai hamba Allah SWT tidak menyimpang dari ajaran Agama Islam sehingga tercipta perilaku yang baik, benar dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya (masyarakat). Melalui pengendalian diri yang baik, cita-cita hidup dan kehidupan akan tercapai dengan baik dan sukses. Dengan demikian juga akan terwujud perkembangan yang positif, terjadinya keselarasan dan keharmonisan dalam kehidupan sosial secara vertikal, lebih-lebih secara horisontal (hablum minallah wa hablum minannas). Untuk memahami sumber ajaran Islam sangat dianjurkan mempelajari bahasa Arab karena kedua sumber ajaran Islam tersebut yaitu al-Qur'an dan Hadits diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Asy Syura ayat 7:
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لاَرَيْبَ فِيْهِ فَرِيْقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيْقٌ فِي السَّعِيْرِ
Artinya:
Dan demikianlah Kami Wahyukan kepadamu al-Quran dalam bahasa Arab, agar engkau memberi peringatan kepada penduduk ibu kota (Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak diragukan adanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.[5]

Bahasa Arab sebagai bahasa Al-qur’an dan As-Sunnah memiliki kedudukan yang istimewa bagi kalangan umat islam seluruh dunia termasuk indonesia. Di Indonesia Bahasa Arab merupakan mata pelajaran wajib di lembaga pendidikan yang berada di bawah Departemen Agama mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah sampai perguruan tinggi. Mempelajari dan memahami bahasa Arab sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis, serta kitab-kitab berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam bagi peserta didik.

B.     Rumusan masalah
Dari pemaparan pokok pikiran di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dan pengkajian tentang Peran Bimbingan Konseling dalam Memotivasi belajar Siswa pada Bidang Studi Bahasa Arab Kelas VIII MTsN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Pada penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada rumusan masalah penelitian sebagai berikut
1.      Bagaimana peran bimbingan konseling dalam memotivasi belajar Siswa pada bidang studi bahasa Arab kelas VIII MTsN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012?
2.      Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan bimbingan konseling dan bagaimana cara mengatasinya?

C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.    Tujuan Penelitian
Dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui tujuan dan manfaaat penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
a.       Untuk mengetahui bagaimana peran bimbingan konseling dalam memotivasi belajar Siswa pada bidang studi bahasa Arab kelas VIII MTsN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
b.      Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala dalam pelaksanaan bimbingan konseling dan bagaimana cara mengatasinya.





2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian mengetengahkan hal-hal yang dapat menjadi sumbangan baru dari hasil penelitian yang dilakukan bagi pengembangan keilmuan.[6]Dari tujuan penelitian di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat behrmanfaat baik bagi peneliti sendiri maupun bagi lembaga tempat peneliti melakukan penelitian khususnya para guru yang menjadi guru bimbingan konseling. Manfaat penelitian yang akan peneliti laksanakan dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a.       Manfaat Secara Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai informasi tambahan bagi para mahasiswa yang akan menyelesaikan tugasnya dibidang pendidikan terutama untuk mengetahui peran bimbingan dan konseling dalam bidang study bahasa Arab.
b.      Manfaat Secara Praktis
1)      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru bimbingan koseling dalam membantu siswa-siswi yang memiliki masalah di MTsN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
2)      Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi peneliti berikutnya untuk meneliti lebih mendalam mengenai peran bimbingan konseling dalam meningkatkan prestasi siswa pada bidang study bahasa Arab.
D.    Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1.      Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini jelas arah penelitiannya, maka perlu dibatasi ruang lingkupnya. Adapun ruang lingkup penelitian ini yaitu:
a.      Subjek penelitian.
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah guru bimbingan koseling yang melaksanakan layanan bimbingan konseling di MTsN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012
b.      Objek penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kelas VIII MTsN 3 Mataram tahun pelajaran 2011/ 2012
2.      Setting Penelitian
Konselor sekolah adalah personal yang langsung bertanggung jawab atas program bimbingan dan konseling di sekolah. Konselor sekolah merupakan personal yang memahami dan mempunyai kompetensi dalam operasional bimbingan dan koseling di sekolah.[7]Jadi konselor merupakan seorang guru yang memiliki peranan penting dalam lembaga pendidikan (sekolah/madrasah). Sebagai konselor harus memiliki keterampilan yang profesional dan berpenglaman dalam menangani masalah siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Arifin dan Kartikawati yang dikutip oleh Tohirin menyatakan: petugas bimbingan koseling di sekolah (termasuk madrasah) dipilih atas dasar kualifikasi: (1) kepribadian, (2) pendidikan, (3) pengalaman, dan (4) kemampuan[8]. Sedangkan yang menjadi kliennya adalah siswa-siswa yang berada di sekolah tersebut.

3.      Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang peneliti ambil yaitu MTsN 3 Mataram yang letaknya di Jalan Lingkar Jempong Kota Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Sedangkan alasan peneliti mengambil lokasi ini adalah:
1.      Mts tersebut merupakan salah satu madrasah yang berada di Jalan Lingkar Jempong yang baru beberapa tahun dibangun.
2.      Lokasinya mudah dijangkau oleh peneliti.
3.      Masalah yang diteliti belum pernah diangkat oleh peneliti lain walaupun dalam lokasi yang sama.

E.     Telaah Pustaka
Dalam telaah pustaka ini peneliti menemukan hasil penelitian yang berkaitan dengan bimbingan konseling diantaranya:
1.      Oleh Sri Murtini, tentang:
Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Membina Sikap Belajar Mandiri Siswa di MAN 1 Mataram Tahun Pelajaran 2007/ 2008
Hasil penelitian ini adalah:
Strategi layanan bimbingan dan konseling dalam membina sikap mandiri siswa di MAN 1 Mataram dalam bentuk bimbingan individual, bimbingan kelompok, bimbingan klasik, alih tangan, kunjungan rumah.
Penelitian ini lebih menitik beratkan pada layanan bimbingan konseling untuk menjadikan siswa tersebut menjadi siswa yang mandiri dalam belajar dengan beberapa layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa yaitu bentuk bimbingan individual, bimbingan kelompok, bimbingan klasik, alih tangan, kunjungan rumah.
2.      Oleh: Fathurrahman, tentang:
Usaha-Usaha Guru Bimbingan dan Penyuluhan dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Sisiwa Kelas 1 pada Mata Pelajaran IPS Sejarah di MTs. Negeri Raba Bima.
Hasil penelitian ini adalah:
Dalam usaha mengefektifkan usaha-usaha mengatasi kesulitan belajar sisiwa kelas 1 pada bidang studi  IPS Sejarah, guru bimbingan dan penyuluhan dan guru bidang studi IPS Sejarah melakukan berbagai usaha dengan cara:
a.       Memberikan dan melengkapi sarana dan prasarana yang memadai
b.      Mengadakan kerja sama dengan personil madrasah
c.       Menyelenggarakan bimbingan belajar yang efektif dan efisien.
d.      Menyelengarakan bimbingan kelompok belajar.
e.       Mengadakan pertemuan dengan wali murid.
Penelitian ini lebih menitik beratkan pada bagaiman usaha guru bimbingan dan penyuluhan untuk mengatasi siswa-siswa yang mengalam\i kesulitan dalam belajar pada mata pelajaran IPS Sejarah.
3.      Oleh: Ilmiah, tentang:
Hubungan Layanan Bimbingan dan Konseling Dengan Moral Siswa Pada SMPN 1 Naramada Lombok Barat
Penelitian ini lebih menitik beratkan pada hubungan layanan bimbingan dan konseling dengan moral siswa. Jadi pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling sangat diperlukan di sekolah untuk memperbaiki moral siswa karena itu guru bimbingan konseling harus bekerja secara profesional.
Dari telaah pustaka di atas peneliti melihat ada kesamaan konteks penelitian yaitu bimbingan konseling di sekolah, namun yang menjadi perbedaannya yaitu peneliti meneliti tentang Peran Bimbingan Konseling dalam Memotivasi belajar Siswa pada Bidang Studi Bahasa Arab Kelas VIII MTsN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012, karena Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di madrasah Tsanawiyah karena itu untuk meningkatakan prestasi belajar siswa pada bidang studi bahasa Arab maka peran bimbingan konseling dalam memotivasi belajar siswa sangat diperlukan sesuai dengan fungsi dan tujuanya.



F.     Kerangka Teoretik
1.      Pengertian Bimbingan dan konseling
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.[9]
Menurut Willis konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman terhadap individu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, maupun dalam mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.[10]

Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpualan bahwa bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang oleh konselor yang terlatih dan berpengalaman, agar seseorang tersebut berkembang secara optimal dan mampu menyesuaikan diri baik di sekolah, keluaraga, dan masyarakat.

2.      Fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a.       Fungsi Pemahaman yaitu: membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).[11]Sebelum pembimbing atau konselor memberikan bantuan kepada klien, terlebih dahulu konselor harus memahami tentang diri klien baik yang berkenaan dengan latar belakang pribadi, kekuatan dan kelemahannya maupun yang berkenaan dengan kondisi lingkungannya. Pehaman tentang diri klien oleh konselor bisa dijadikan bahan acuan dalam rangka kerja sama dengan pihak-pihak yang ikut membantu klien (siswa). Selain pembimbing, gurupun harus memahami siswa agar dapat melaksanakan pembelajran secara efektif dan efisien. Guru yang memahami siswa secara baik dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa sehinggan siswa dapat mengikuti pelajaran secara efektif dan efisien.
b.      Fungsi Preventif yaitu: upaya konselor untuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli.[12]Fungsi preventif ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah yang dapat mengganggu perkembangan siswa.
c.       Fungsi Pengembangan yaitu: konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kodusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli.[13]Fungsi ini dimasudkan untuk membantu para sisiwa dalam mengembangakan potensinya secara optimal dan terarah. Selain itu hal-hal yang baik pada diri siswa tetap terjaga, dimantapkan dan dikembangkan.
d.      Fungsi penyembuhan yaitu: upaya memberikan bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah.[14]Fungsi ini dimaksudkan agar siswa terbantu dalam menyelesaikan masalahnya.
e.       Fungsi Penyaluran yaitu: membantu konseli dalam memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan/ program studi.[15]Maksudnya konselor berupaya mengenali masing-masing siswa secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan secara optimal, karena setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untuk mengembangakan diri sesuai dengan bakat, minat, cita-cita yang dimiliki.
f.       Fungsi Penyesuaian yaitu: membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.[16]Keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah banyak dipengaruhi oleh kemampuan menyesuaikan diri di lingkungan sekolah, karena sekolah memiliki peraturan tersendiri dengan segala tuntunan dan norma-normanya.
g.      Fungsi Perbaikan yaitu: untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak.[17]Setiap orang pasti memiliki masalah apalagi siwa di sekolah, akan tetapi msalah yang dihadapi tiap-tiap indivudu jelaslah berbeda. Meskipun pelayanan bimbingan dan koseling seperti layanan pencegahan sudah diberikan, tetapi masih mungkin individu (siswa) mmemiliki masalah-masalah tertentu, sehingga fungsi perbaikan diperlukan,
Adapun tujuan bimbingan merupakan harapan yang ingin dicapai oleh klien setelah mendapat layanan bimbingan dari konselor. Tujuan bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu individu agar memperoleh pencerahan diri, sehingga mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif, dan mampu mencapai kehidupan yang bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain.[18]Sedangkan tujuan konseling yaitu memberikan bantuan dalam mengubah sikap dan prilakunya.[19]

3.      Peran Bimbingan Konseling dalam Pembelajaran
Layanan bimbingan konseling sangat dibutuhkan agar siswa yang memiliki masalah dapat terbantu, sehingga mereka dapat belajar dengan baik. Siswa yang memiliki masalah kadang-kadang tidak mengerti bagaiman cara mengatasinya, ada juga yang tidak tahu kepada siapa ia harus meminta bantuan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Apabila masalah mereka tidak dapat belajar dengan kosentrasi, dalam keadaan seperti ini peran bimbingan konseling dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk mengatasi siswa-siswa yang terganggu konsentrasi belajaranya. Menurut Aqib dan Rohmanto layanan bimbinngan konseling dalam pembelajran ada tiga yaitu: Pertama, bimbingan belajar. Kedua, bimbingan sosial. Ketiga, bimbingan dalam mengatasi masalanya.[20]
a.       Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang yang berkaitan dengan kegiatan belajar. Bimbingan yang diberikan seperti: cara belajar, cara merencanakan waktu, cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu.
b.      Bimbingan sosial dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalahnya yang berkaitan dengan kehidupan sosial yang menggangunya dalam belajar. Menurut Ahmadi yang dikutip oleh Aqib dan Rohmanto bimbingan sosial ini dimaksudkan untuk: 1). Memperoleh kelompok belajar dan bermain yang sesuai. 2). Membantu memperoleh persahabatan yang sesuai. 3). Membantu mendapatkan kelompok sosial untuk memecahkan masalah tertentu.[21]
c.       Bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi, bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah pribadinya agar kosentri belajarnya tidak terganggu dalam proses belajar mengajar.

4.      Pengertian motivasi belajar
Kata “motif”, diartikan sebagai upaya yang mendorong seserang untuk melakukan sesuatu.[22]Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yag ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.[23] Jadi motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang menimbulkan suatu tindakan atau perbuatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sedangkan belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berusaha mencari kepandaian atau ilmu.[24]Menurut Fahmi yang dikutip oleh Mustaqim dalam bukunya psikologi pendidikan bahwa:
إنَّ التَّعْلِيْمَ عِبَارَةٌ عَنْ عَمَلِيَّةٍ تَعْبِيْرٌ أوْ تَحْوِيْلٌ فِى السُّلُوْكِ أَو الْخِبْرَةِ
Sesungguhnya belajar adalah (ungkapan yang menunjuk) aktivitas (yang menghasilkan) perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman.[25]
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai perubahan tingkah laku melalui pengalaman, baik pengalaman itu didapat dari lingkungan sekolah maupun dari lingkungan masyarakat.
Belajar juga bisa kita sebut sebagai suatu preoses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan dan perubahan merupakan hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Bila seseorang telah berhasil dalam belajar, maka seseorang tersebut telah mengalami proses tertentu dalam belajar. Oleh karena itu proses belajar yang telah terjadi pada diri seseorang dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai seperti dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti. Jadi motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Bila motivasi belajar siswa lemah, guru yang sekaligus berperan sebagai pembimbing untuk membrikan dorongan–dorongan yang positif yang dapat memperkuat motivasi siswa untuk terus belajar, dan hasil atau prestasi siswa pun menjadi baik. Lemahanya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar, selanjutnya mutu hasil belajar akan rendah.

5.      Jenis-jenis motivasi belajar
Motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.[26]
Dari dua jenis motivasi di atas dapat dipahami bahwa Motivasi itu bisa terdapat dalam diri kita sendiri dan juga dari luar diri kita sendiri, motivasi dalam diri sendiri timbul karena adanya keinginan untuk mendapatkan sesuatu, jadi motivasi yang ada dalam diri kita sendiri ini murni tanpa pengaruh dari luar. Misalnya seorang siswa belajar dengan tujuan ingin mendapakan pengertian dari suatu ilmu yang dipelajari tersebut. Sedangkan motivasi yang timbul dari luar merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu. Misalkan seseorang siswa belajar karena ingin mendapat nilai bagus atau karena siswa tersebut akan menghadapi ujian. Kedua jenis motivasi ini sangat penting ditumbuhkan pada diri siswa agar menjadi siswa yang berprestasi.

6.      Fungsi motivasi dalam belajar
Hasil belajar akan optimal kalau adanya motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan kepada siswa maka makin berhasil pula pelajaran yang dicapai. Menurut Sadirman ada tiga macam fungsi motivasi yaitu:
1.       Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dar setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.       Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.       Menyelesi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujaun tersebut.[27]

Dari beberapa fungsi motivasi di atas motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dalam pencapain tujuan. Seseorang dapat melakukan usaha atau kegiatan karena adanya motivasi. Di sekolah adanya motivasi yang baik yang diberiakan oleh para guru kepada para murid dalam belajar akan menunjukan prestasi belajar yang baik pula.
7.      Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah
Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan hal ini perlu diketahuai ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar.
Sadirman mengatan"ada beberapa bentuk motivasi di sekolah antara lain” yaitu: Pertama, Memberi angka. Kedua, hadiah. Ketiga, saingan atau kompetensi. Keempat, ego-involvement. Kelima, memberi ulangan. Keenam, mengetahui hasil. Ketujuh, pujian Kedelapan, hukumanKesembilan, hasrat untuk belajarKesepuluh, minat. Kesebelas, tujuan yang diakui.[28]
1.      Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari hasil belajar yang telah dicapai siswa yang berupa nilai. Dengan nilai yang baik yang telah dicapai oleh siswa bisa membuat siswa tambah giat dan semangat dalam belajar.
2.      Hadiah
Karena dengan hadiah yang diberikan kepada siswa yang berprestasi maka siswa akan merasa bangga atas hasil usahanya dan untuk mempertahankan prestasi tersebut siswa akan semakin giat dalam belajar jadi memberikan hadiah kepada siswa merupakan salah satu cara untuk memotivasi siswa untuk lebih giat lagi begitu juga untuk siswa yang tidak berprestasi .
3.      Saingan atau Kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.[29]
4.      Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.[30]Maksudnya jika guru memberikan tugas atau PR kepada siswa maka siswa yang sadar akan pentingnya tugas yang diberikan kepadanya tersebut dia akan merasa malu untuk tidak mengerjakn tugas tersebut.
5.      Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga menjadi sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan.[31]


6.      Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswauntuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7.      Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supayapujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri
8.      Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9.      Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan dan keinginan untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10.  Minat
Minat (interest) adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.[32]Menurut Slameto (1991:182) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.[33]Minat merupakan faktor dalam diri siswa yang mendorong siswa untuk melakukan sesuatu karena ada rasa lebih suka. Guru yang sekaligus sebagai pembimbing di kelas harus memperhatikan minat siswa dalam belajar agar tercapai proses bembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
11.  Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, Akan merupakan alat motivasi yang sangat penting' Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

8.      Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa motivasi belajar itu terdapat dalam diri siswa, karena itu adapun unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu:
1.      Cita-cita atau aspirasi siswa
Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.[34]Motivasi belajar sudah tampak pada keinginan anak sejak kecl seperti keinginan berjalan dan sebagainya, untuk mencapi keinginan itu menumbuhkan kemauan yang giat keinginan inilah yang menjadi penguat untuk mencapai cita-cita. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan memberikan hadiah atau juga hukuman (bentuk-bentuk motivasi di sekolah) akan mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.
2.      Kemampuan siswa
Kemampuan akan memprkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.[35]Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Misalkan seorang anak (siswa) ingin membaca maka keinginan membaca tersebut perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi-bunyi huruf.
3.      Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.[36]Misalkan dalam proses belajar mengajar terdapat siswa yang sakit, lapar, marah-marah maka kondisi tersebut akan mengganggu konsentrasi belajarnya. Dan sebaliknya jika seorang siswa sehat, kenyang dan merasa senang maka kondisi tersebut akan memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diajarkan.
4.      Kondisi lingkkungan siswa
Keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan bermasyarakat inilah yang dinamakan lingkungan siswa. Keadaan alam yang sehaat seperti sekolahan yang indah, bersih, pergaulan siswa yang rukun akan menambah motivasi siswa, dengan semakin termotivasinya siswa dalam belajar maka hasil belajar siswa akan semakin baik. Dimyati dan Mudjino mengatakan "dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat.[37]
5.      Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran
Setiap orang (siswa) memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang bisa berubah berkat pengalaman hidup.[38]Penglaman pribadi, pengalaman orang lain bisa mempengaruhi motivasi belajar siswa. Lingkungan tempat tinggal siswa, lingkuangan alam, pergaulan dengan teman sebaya yang berubah-ubah bisa mengubah pengalaman hidup siswa, dan lingkungan budaya siswa seperti surat kabar, majalah, radio, TV, dan film semangkin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar siswa, kondisi yang dinamis sangat bagus bagi pembelajaran.
6.      Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan diluar sekolah. Upaya membelajarkan di sekolah meliputi: (i) menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, (ii) membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah, (iii) membina belajar tertib pergaulan, (iv) membina tertib lingkungan sekolah.
Upaya pembelajaran guru di sekoalah tidak lepas dari kegiatanluar sekolah. Pusat pendidikan luar sekolah yang penting adalah sekolah, lembaga agama, pramuka, dan pusat pendidikan pemuda yang lain. Siswa sekolah pada umumnya tergabung dalam pusat-pusat pendidikan tersebut. Guru profesional dituntut menjalin kerja sama pedagogis dengan pusat-pusat pendidika tersebut.[39]

9.      Pengertian Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah sebuah bahasa simantik yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi, bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa simantik.[40]
Bahasa Arab merupakan bahasa komunikasi yang erat hubungannya dengan Agama Islam, hubungan yang signifikan antara bahasa Arab dan Agama Islam, tidak lain karena al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang sekaligus melibatkan secara langsung atau tidak langsung tradisi kehidupan bangsa Arab sebagai sumber umat Islam. Selain itu bahsa Arab merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh umat Islam dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT.
10.  Tujuan Pelajaran Bahasa Arab
Adapun tujuan pelajaran bahasa Arab menurut Hermawan adalah:

1)      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’),berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).
2)      Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.
3)      Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitannya antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.[41]
Dari tujuan di atas dapat dipahami bahwa tujuan mempelajari bahasa arab yaitu agar anak didik (siswa) mampu berbicara, dan menulis dengan menggunakan bahsa Arab, bukan hanya itu tetapi dengan mempelajari bahasa arab kita sebagi umat islam dapat memahami sumber ajaran agama islam yaitu al-Qur'an dan Hadis yang ditulis dalam bentuk bahasa Arab. Mengembangkan kemampuan Bahasa Arab merupakan sikap positif untuk membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan peserta didik (siswa) untuk berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan.

G.    Metode Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang akan peneliti guanakan adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Taylor dan Bogdan yang dikutip oleh Bagong suyanto dan sutinah Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriftif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.[42]

1.      Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaiman Peran Bimbingan Konseling dalam Memotivasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Bahasa Arab Kelas VIII MTsN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan melihat variabel yang ada maka peneliti menggunakan jenis pendekatan yang paling cocok adalah pendekatan kualitatif, karena data yang dicari adalah bersifat informasi dan keterangan bukan dalam bentuk simbol atau bilangan. Metode penelitian kalutatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.[43]

1.      Kehadiran Peneliti
Menerut pengetahuan peneliti dalam pendekatan kualitatif peneliti perlu terlibat langsung dalam kehidupan subyek. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrumen yaitu peneliti itu sendiri.[44]Tujuan kehadiran peneliti di lokasi penelitian yaitu untuk mendapat data yang dibutuhkan. Peneliti sebagai instrument kunci terlibat langsung dalam penelitian, dengan keterlibatan ini peneliti mengetahui secara langsung kejadian-kejadian yang terjadi pada waktu melakukan penelitian.

2.      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat dipetoleh.[45]Sumber data memiliki kedudukan yang penting dalam penelitian, ketepatan dalam memilih sumber data akan mempengaruhi kenyataan data yang diperoleh. Dalam pendapat lain menyatakan sumber data adalah subjek penelitian atau informan, atau subjek dari mana data diperoleh.[46]Jenis sumber data dalam penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.       Narasumber (informan)
Narasumber tidak hanya sekedar memberi respon tetapi juga sebagi pemilik informasi karena itulah ia disebut sebagai informan yaitu orang yang memberikan informasi atau sumber data. Adapun informan yang akan peneliti jadikan sumber data dalam penelitian ini adalah:
1)      Kepala sekolah MTsN 3 Mataram
2)      Guru bimbingan konseling
3)      Wali kelas VIII
4)      Guru bahasa Arab kelas VIII
5)      Siswa kelas VIII MTsN 3 Mataram Tahun Pelajaran 2011/ 2012.
b.      Peristiwa atau Aktivitas
Informasi dari peristiwa atau aktivitas maksudnya peneliti bisa mengetahui bagaimana kejadian itu bisa terjadi karena peneliti melakukannya dan menyaksikannya secara langsung.
c.       Tempat atau Lokasi
Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali melalui sumber lokasinya, baik yang berupa tempat maupun lingkungannya.
d.      Dokumen atau Arsip
Dokumen merupakan bahan tertulis, dokumen juga bisa berupa rekaman.
Dari pemaparan tentang sumber data di atas dapat diambil pemahaman bahwa sumber data merupakan asal informasi itu didapatkan, baik informasi itu didapatkan dari orang, dokumen maupun secara observasi.

3.      Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan upaya sistematik untuk memperoleh imformasi tentang objek penelitian (manusia, objek, gejala dan sebagainya) dan setting terjadinya.[47]

a.       Metode Observasi (Pengamatan)
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan[48]
Notoatmodjo mendefinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa secara aktif dan penuh prhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Rangsangan tadi setelah mengenai indra menimbulkan kesadaran untuk melakukan pengamatan.[49]. jadi metode observasi merupakan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langsung oleh pancaindranya sendiri untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat di bedakan menjadi dua yaitu:
a.       Observasi berperanserta yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data.[50]Jadi metode observasi berperanserta yaitu peneliti terlibat secara langsung atau ikut berpartisipasi atas semua kegiatan yang dilakukan oleh orang yang ingin kita jadikan sebagai sumber data dalam penelitian.
b.      Observasi nonpartisipan yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.[51]Jadi metode observasi nonpartisipan yaitu tidak terlibat secara langsung tentang kegiatan sehari-hari orang yang akan kita jadikan sebagai sumber data tersebt.
Dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan metode observasi partisipan yaitu peneliti sendiri terlibat secara langsung agar data yang peneliti peroleh lebih lengkap dan benar (valid). Sugiyono mengatakan “dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak”.[52]
Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang:
1.      Keadaan lokasi tempat peneliti melakukan penelitian
2.      Keadaan siswa yang memiliki masalah
b.      Metode wawancara
Metode wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh pewancara dengan orang lain yang diwawancarai untuk memperoleh imformasi yang dibutuhkan.[53]Dari pengertian di atas dapat diambil pemahaman bahwa metode wawancara adalah salah satu cara untuk mengumpulakan data yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan secara lisan maupun tulisan yang diberikan kepada responden.
Jenis wawancara penurut ada dan tidaknya pedoman wawancara antara lain:
1)      Wawancara bebas yaitu pewawancara tidak menggunakan pedoman wawancara.
2)      Wawancara terpimpin yaitu pewawancara menggunakan pedoman wawancara yang dapat menunjukan arah tanya jawab yang dilakukan.
3)      Wawancara bebas terpimpin yaitu gabungan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin.[54]

Dari macam-macam wawancara di atas, peneliti akan menggunakan wawancara terpimpin agar pertanyaan yang dilontarkan kepada responden itu terarah dan tidak terlalu melebar agar tujuan atau data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan semestinya. Peneliti menggunakan metode wawancara ini untuk mendapatkan data tentang:
1.      Bagaiman keadaan siswa setelah dan sebelum mendapat bimbingan dari guru BK.
2.      Bagaimana cara guru BK memberikan bimbingan kepada siswa yang bermasalah.
c.       Metode dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan upaya untuk mengumpulkan data dengan cara dokumentasi, peneliti akan menelusuri berbagai dokumen yang memungkinkan untuk dapat dijadikan informasi.
Sehubungan dengan penelitian ini, metode dokumentasi yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang:
1)      Sejarah berdirinya sekolah.
2)      Gambaran umum tentang lokasi penelitian.
3)      Keadaan guru dan siswa.
4)      Struktur organisasi yang ada di MTsN 3 Mataram
5)      Sarana dan prasarana.

4.      Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualititatif analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.[55]Menganalisis data dilakukan Setelah data-data terkumpul dari hasil penelitian dilapangan.
Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatau analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.[56] Metode indukatif adalah  jalan berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data yang bersifat khusus.[57]Dalam menganalisis data, yang dipergunakan dalam analisis tersebut yaitu yang bersifat khusus, kemudian ditarik kesimpulan yang berlaku umum. Dengan kata lain, data-data yang sudah terkumpul dibahasakan, ditafsirkan secara induktif sehingga dapat diberikan gambaran mengenai hal-hal yang sebenarnya terjadi.

5.      Validitas Data
Untuk menguji keabsahan data sering ditekankan pada uji validitas dan realibilitas. Stainback yang dikutip oleh Sugiyono menyatakan bahwa penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas.[58] Sebagaimana yang telah peneliti kemukakan di atas bahwa pada penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif, jadi peneliti memfokuskan pada aspek validitasnya dan bukan pada rebilitasnya. Dalam penelitian kualitatif data dikatakan valid apabila data yang ditemukan sesuai dengan kenyataannya. Untuk mendapatkan data yang valid peneliti menggunakan metode trianggulasi dan menggunakan bahan refrensi.
a.         Metode Triangulasi
Metode triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara , dan berbagi waktu. Dengan demikin triangulasi terdiri dari triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.[59]Dalam uji validitas, metode trianggulasi paling umum dipakai. Adapun triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini yaitu triangulasi sumber data. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai beriku:
a.       Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.
b.      Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi.
c.       Membandingkan pendapat orang dengan pendapat orang lain.
b.        Menggunakan Bahan Refrensi
Bahan refrensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.[60]Maksudnya untuk memdapatkan data yang valid maka data yang sudah diperoleh harus memiliki refrensi sebagai bukti bahwa peneliti sudah melakukan penelitian, sebagai contoh jika peneliti melakukan wawancara dengan responden maka sebagai refrensinya yaitu rekaman wawancara tersebut, dan jika peneliti mengumpulkan data dengan observasi maka yang menjadi refrensinya foto-foto.



OUT LINE
A.    Konteks Penelitian
B.     Fokus Penelitian
Rumusan Masalah
C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
D.    Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
2.      Ruang Lingkup Penelitian
c.       Subjek penelitian.
d.      Objek penelitian
4.      Setting Penelitian
5.      Lokasi Penelitian
E.     Telaah Pustaka
F.     Kerangka Teoretik
1.      Pengertian Bimbingan dan konseling
2.      Fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling
3.      Peran Bimbingan Konseling dalam Pembelajaran
4.      Pengertian motivasi belajar
5.      Jenis-jenis motivasi belajar
6.      Fungsi motivasi dalam belajar
7.      Bentuk-Bentuk Motivasi di Sekolah
8.      Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi
9.      Pengertian Bahasa Arab
10.  Tujuan mempelajari bahasa bahasa arab
G.    Metode Penelitian
1.      Pendekatan Penelitian
2.      Kehadiran Peneliti
3.      Sumber Data
4.      Prosedur Pengumpulan Data
5.      Teknik Analisis Data
6.      Validitas Data
H.    Daftar Pustaka

JADWAL PENELITIAN KUALITATIF

No.
Kegiatan
Agustus
September
Oktober
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Memasuki lapangan












2
pengambilan data












3
Analisis data












4
Menysun laporan penelitian












5
diskusi laporan penelitian












6
Finalisasi















DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Asnawi, pedoman penulisan skripsi, IAIN Mataram: 2009.
B. Sandjaja, Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2006.
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2006.
Dewa Ketut Suhardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi Revisi, Jakarta: RajaGrafindo, 2011.
_____, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke Tiga, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2002.
M. Burhan Bugin, Penelitian Penemlitian Kalitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana, 2007.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.
Mustaqim, Psikolgi Pendidikan, Semarang: Pustaka Pelajar, 2008.
Omear Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: RajaGrafindo, 2011

Saring Marsudi, Layanan Bimbingan Koseling di Sekolah, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003.
Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktik, Bandung: ALFABETA, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: ALFABETA, 2010.
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Tohirin, Bimbingan dan Koseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2008.
Zainal Aqib dan Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Bandung: Yrama Widya, 2008.




[1] Tohirin, Bimbingan dan Koseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h.112
[2] Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 67
[3] Saring Marsudi, Layanan Bimbingan Koseling di Sekolah (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003), h. 28
[4] Tohirin, Bimbingan dan Koseling, h. 55
[5] Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008), h. 483
[6] Asnawi, Pedoman Penulisan Skripsi(IAIN Mataram: 2009), h.13.
[7]Saring Marsudi. Layanan Bimbingan, h. 118.
[8] Tohirin, Bimbingan dan Koselingh.117
[9] Dewa Ketut Suhardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 2.
[10] Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktik (bandung: ALFABETA, 2004), h.18.
[11] Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling Edisi Revisi (Jakarta: RajaGrafindo, 2011), h. 16
[12] Ibid, h. 16
[13] Ibid, h. 16
[14] Ibid, h. 17
[15] Ibid, h. 17
[16] Ibid, h. 18
[17] Ibid, h. 17
[18] Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 83.
[19] Saring marsudi. Layanan Bimbingan, h. 35
[20] Zainal Aqib dan Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 119.
[21] Ibid., h. 119.
[22]Sadirman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo, 2011) h.73
[23]Omear Hamalik, Proses Belajar Mengajar (jakarta: bumi aksara, 2009) h. 158
[24] _____, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke Tiga ( Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2002), h. 17.
[25]Mustaqim, Psikolgi Pendidikan (Semarang: Pustaka Pelajar, 2008), h. 34.
[26]Sadirman, Interaksi dan Motivas, h. 89-90
[27] Ibid, h. 85
[28] Ibid,h. 92-93
[29] Ibid, h. 93
[30] Ibid, h. 93
[31]Ibid, h. 93
[32] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar(Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2003), h. 151.
[33]Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 157.
[34]Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 98
[35] Ibid, h. 98
[36] Ibid, h. 98
[37]Ibid, h. 99
[38] Ibid, h. 99
[39] Ibid, h. 100
[40] http:// google.co.id/gwt/x?gl=id&hl
[41]Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 57.
[42]Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.166.
[43]Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 15.
[44] Ibid., 15.
[45]Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 129.
[46]Asnawi, pedoman penulisan skrips, h. 44.
[47]B. Sandjaja, Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2006), h. 47.
[48]M. Burhan Bugin, Penelitian Penelitian Kalitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), h. 115.
[49]Heriyanto, Panduan Penelitian, h. 141.
[50] Sugiyono, Metode Penelitian, h.204
[51]Ibid, h.204
[52]Ibid, h.204

[53] Ibid., h. 145.
[54]B. Sandjaja, Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, h. 145-146
[55] Sugiyono, Metode Penelitian, h. 334.
[56] Ibid. h. 335
[57] Ade Sofiaton solikhah, (Skripsi, IAIN Mataram, 2011), h. 51
[58] Ibid., h. 365.
[59]Sugiyono, Metode Penelitian, h. 372
[60] Ibid.,h. 375

Tidak ada komentar:

follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here