Counter

Followers

Rabu, 03 Juli 2013

Konseptual Metodelogi Penelitian dan Proposal



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka pembinaan dan pembangunan suatu bagsa. Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut pendidikan telah ditetapkan dalam berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Diantaranya dalam undang-undang No.20 Tahun 2003 disebutkan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembagkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1] Pendidikan merupakan penyiapan Sumber Daya Manusa (SDM) untuk pembangunan dan kesejahteraan hidup dimasa depan. Upaya tersebut hendaknya bermuara pada kemajuan IPTEK yang sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, oleh karena itu mutlak diperlukan upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia pada semua jenjang dimulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
“ Dalam proses belajar mengajar anak sebaiknya diberi kesempatan unuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu maka anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam  benda yang ditelitinya itu”[2]dari kedua pendapat tokoh matematika di atas, penggunaan benda-benda konkrit (media alat peraga) dalam pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran ang efektif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan kegiatan penelitian tentang Pengaruh Penpenggunaan Alat Praga Busur Derajat Terhadap Prestasi Belajar Matematika dengan pokok Bahasan Garis dan Sudut Kelas VIII MTs Al-Intishor.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
“Pengaruh Penpenggunaan Alat Praga Busur Derajat Terhadap Prestasi Belajar Matematika dengan pokok Bahasan Garis dan Sudut Kelas VIII MTs Al-Intishor”.

C.    Batasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan untuk mendapat kejelasan, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang ada pada judul yang diangkat oleh peneliti antara lain:
a.       Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu aktifitas yang datang dari subyek yang dapat menimlbukan perubahan pada diri siswa
b.      Penggunaan alat peraga busur derajat yang dimaksud disini yaitu merupakan metode belajar yang dipergunakan oleh guru sehingga dapat menciptakan pembelajaran yag menyenangka karena dalam pembelajaran ini siswa dihadapkan langsung dengan benda-benda kongkrit yagdapat mempermudah pemahaman siswa.
c.       Busur derajat yang dimaksud adalah alat yag digunakan untuk mengukur sudut yang menggunakan satuan derajat
d.      Prestasi belajar matematika yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai setelah mengalami proses belajar mengajar matimatika dengan menggunakan alat peraga busur derajat.

D.    Tujuan Penelitian
 “Dapat mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga busur derajat terhadap prestasi belajar matematika dengan pokok bahasan garis dan sudut VIII MTs Al-Intishor”.

E.     Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat dan hasil penelitian diharapkan memberikan suatu manfaat baik berupa teoritis maupun manfaat praktis
a.       Manfaat Teoritis
Hasil penelitian yang akan diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan teknik atau metode mengajar matematika, serta dapat dijadikan sebagai bahan atau rujukan dalam penelitian selanjutnya.
b.      Manfaat Praktis
Informasi hasil penelitian ini nantinya dapat dipergunakan oleh para guru mata pelajaran matematika agar lebih mudah dalam menyampaikan materi secara kongkrit dengan menggunakan alat peraga, selain itu siswa juga lebih mudah menerima penjelasan guru sehingga penggunaan alat peraga busur derajat dapat menngkatkan prestasi siswa pada pelajaran matematika pokok bahasan garis dan sudut.


















BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A.    Deskripsi Teori
1.      Hakekat Belajar Matematika
Pembelajaran matematika akan menuju arah yang benar dan berhasil apabila kita mengetahui karakteristik yang dimiliki matematika. Seperti mata pelajaran yang lain, matimatika memiliki karakteristik tersendiri baik ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, maupun dari aspek materi yang dipelajari untuk menunjang tercapainya kompetensi. Secara umum matematika mempelajari angka dan symbol.
Beberapa pandangan para ahli tentang matematika itu dan sekaligus tentang telaahan dari matematika itu sendiri. Hal ini akan memberikan gambaran tentang hakekat matematika termasuk cara pencarian kebenarana dan cara berfikir matematik.
James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan ini adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya denga jumlah yang banyak.
Sedangkan Kline (1973) mengatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan yag menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu untuk mambantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi, dan alam.[3]
Dari beberapa pendapat di atas, maka belajar matemtika dapat dirumuskan sebagai peroses perubahan tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan peroses kognitif. Perubaha yang diamksud adalah perubahan yang mengarah pada kemajuan, baik itu tingkah laku fisik maupun psikologis, sebagai hasil latihan atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam menghadapi lingkungan.

2.      Alat Peraga Busur Derajat
a.       Pengertian Alat Peraga Busur Derajat
“ busur derajat adalah alat untuk mengukur besar sudut dengan menggunakan satuan derajat”
b.      Cara Penggunaan Alat Peraga Busur Derajat
1)      Cara menggambar sudut dengan busur derajat
a)      Buat salah satu kaki sudutnya yaitu AB
b)      Letakkan busur derajat pada AB sehingga titik tengah busur derajat berimpit dengan titik B dan garis lurus yang melalui titik tengah busur itu berimpit dengan AB. Jadi yang berimpit dengan garis AB adalah garis lurus yang melalui titik tengah busur, bukan tepi bagian bawah busur derajat.
c)      Perhatikan angka nol (0) pada busur derajat yang terletak pada bagian luar? Jika angka nolnya terletak didalam maka angka 50 yang digunakan juga yang berada dibagian dalam, jika angka nol terletak dibagian luar maka angka 50 yang digunakan juga yang berada pada bagian luar. Beri tanda dengan titik tempat angka 50 berada.
d)     Tarik garis dari B ke kiri yang ditandai.
2)      Cara mengukur sudut dengan busur derajat
a)      Letakkan busur derajat pada sudut AOB sehingga titik pusat lingkaran busur derajat berimpit dengan titik O dan sisi horizontal busur derajat berimpit dengan sinar garis OA.
b)      Perhatikan angka nol pada busur derajat yang terletak pada garis OA. Jika angka nol berada pada skala bawah, perhatikan angka pada skala bawah yang terletak pada kaki sudut OB. Maka akan tampak bahwa garis OB terletak pada angka 750, jadi besar sudut AOB = 750
c.       Kelebihan dan Kekurangan Alat Peraga Busur Derajat
Kelebihan alat peraga busur derajat antara lain:
1)      Lebih mudah digunakan dalam menggambar sudut dari pada menggunakan jangka
2)      Lebih mudah dicari dan dibaca
3)      Lebih mudah dipergunakan untuk menghitung jumlah sudut-sudut dalam segitiga
4)      Dapat digunakan untuk pemetaan gua sederhana yaitu untuk melakukan pembacaan sudut elevasi.
Kekurangan alat peraga busur derajat antara lain:
1)      Membuat pemikiran / wawasan siswa menjadi sempit
2)      Akurasi pemikiran tidak teliti, hanya bisa digunakan untuk mengukur sudut.
d.      Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. Antara kata “prestasi” dan “belajar” mempunyai arti yang berbeda.
“prestasi ” adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.[4]
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan pengajaran, karena dengan prestasi belajar dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan pengajaran. Oleh sebab itu, perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui tujuan pembelajaran dilakukan.
Dengan demikian prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dan taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu yaitu berupa perubahan pengetahuan dan dapat memecahkan kesulitan yang dihadapi khususnya dalam permasalahan matematika.
e.       Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika
1)      Factor Intern
a)      Factor jasmaniyah yang meliputi kesehatan tubuh beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit dan cacat tubuh atau perkembangan yang kurang sempurna
b)      Factor psikologis ke dalam factor intelektif serta perhatian, minat, motif, kematangan, kesiapan, yang tergolong fakta non intelektif.
c)      Factor kelelahan jasmaniyah dan rohanyah
2)      Factor Ekstern
a)      Factor keluarga
b)      Factor sekolah
c)      Factor masyarakat
f.       Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Busur Derajat Terhadap Prestasi Belajar Matematika
Penggunaan alat peraga busur derajat sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika karena dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan benda kongkrit dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dimana siswa tidak hanya menerima dan membayangkan materi yang bersifat abstrak, akan tetapi dengan menciptakan benda kongkrit dalam belajar mengajar akanmeningkatkan prestasi belajar siswa karena pada dasarnya siswa lebih bersemangat dengan lingkungan yang menyenangkan.

3.      Tinjauan Tentang Pokok Bahasan Garis dan Sudut
a.       GARIS
Garis merupakan bangun paling sederhana dalam geometri, karena garis adalah bangun berdemensi saru.[5]
1)      Kedudukan dua garis
Tiga macam kedudukan dua garis
a)      Dua garis sejajar adalah dua garis yang berjarak tetap / sama, jika dua garis tersebut diperpanjang, maka tindakan berpotongan. m// n (dibaca garis m sejajar dengan garis n).
b)      Dua garis berimpit adalah dua garis (g dan h) yang sejajar dan saling menutupi.
c)      Dua garis berpotongan adalah dua garis (l dan k) yang melalui satu titik yang sama.
2)      Garis horizontal dan garis vertical
a)      Garis horizontal adalah garis lurus yang mendatar
b)      Garis vertical adalah garis lurus yang berdiri tegak.
3)      Sifat-sifat garis sejajar
a)      Jika sebuah garis memotong salah satu dari garis yang sejajar, maka garis itu juga akan memotong garis yang kedua.
b)      Jika sebuah garis sejajar dengan dua garis lainnya, maka kedua garis itu sejajar. Garis a//c dan garis b//c maka a//b
b.      SUDUT
1)      Pengertian sudut
“Sudut adalah daerah yang dibentuk oleh pertemuan antara dua buah sinar atau dua buah garis lurus.”[6]
2)      Jenis-jenis sudut
a)      Sudut lancip adalah sudut yang besarnya antara 0o dan 90o
b)      Sudut siku-siku yaitu sudut yang besarnya 90o
c)      Sudut tumpul yaitu sudut yang besarnya antara 90o dan 180o
d)     Sudut lurus yaitu sudut yang besarnya 90o
e)      Sudut refleks yaitu sudut yang besarnya lebih dari 180o
3)      Besar sudut
Besar suatu sudut dapat dinyatakan dalam satuan derajat ( o ), menit ( ‘ ) dan detik  ( “ ) dapat dituliskan sebagai berikut:
                        lo= 60’ atau l’ = { 1/60}’
                        l’ = 60” atau l” = {a/60}’
4)      Hubungan antar sudut
a)      Pasangan sudut yang saling berpelurus (bersuplemen)
“Jumlah dua sudut yang saling berpelurus (bersuplemen) adalah 180o. sudut yamh satu merupakan pelurus dari sudut yang lain ”.
b)      Pasangan sudut yang saling berpenyiku (berkomplemen)
“Jumlah dua sudut yang saling berpenyiku (berkomplemen) adalah 90o. sudut yang satu merupakan penyiku dari sudut yang lain”.
c)      Pasangan sudut yang saling bertolak belakang
d)     “Jika dua garis berpotongan maka dua sudut yang letaknya saling membelakangi titik potongnya disebut dua sudut yang bertolak belakang. Dua sudut yang saling bertolak belakang adalah sama besar”.
5)      Hubungan antar sudut jika dua garis sejajar lain dipotong garis lain
a)      Sudut-sudut sehadap dan berseberangan
b)      Sudut-sudut dalam sepihak dan luar sepihak
6)      Menggambar dan mengukur besar sudut dengan busur derajat.
a)      Cara menggambar sudut dengan busur derajat
b)      Cara mengukur sudut dengan busur derajat
c)      Membagi sudut menjadi dua sama besar dengan busur derajat

B.     Kerangka Fikir
Kompleksnya permasalahan serta kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar dapat kita lihat pada hasil prestasibelajar siswa. Karena hasil belajar siswa tersebut sangant erat kaitannya dengan factor-faktor yang dialami siswa. Dalam hal ini peningkatan prestasi siswa menjadi salah satu factor yang harus diperhatikan. Adanya prestasi positif siswa, tidak lepas dari bentuk penilaian yang digunakan oleh para guru.
Dengan menggunakan alat peraga berupa busur derajat dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam belajar matematika pokok bahasan garis dan sudut. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus memperhatikan metode apa yang tepat kita gunakan agar dapat memepermudah siswa dalam memahami atau menyerap materi yang diajarkan, karena pada dasarnya secara individual manusia itu berbeda-beda, demikian pila dalam memahami konsep-konsep abstrak akan dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda, namun pada kenyataannya bahwa anak belajar melalui dunia nyata dan dengan memanipulasi benda-benda kongkrit sebagai perantaranya.




C.    Hipotesis Penelitian
Secara deduktif, semua bentuk atau system penelitian selalu menggunakan hipotesis terhadap semua masalah yag telah dikemukakan, baik dalam karangan ilmiah ataupun lebih khusus lagi dalam menyusun proposal atau skripsi.
Sebelum peneliti memaparkan hipotesisi yang akan diangkat, peneliti terlebih dahulu memahami konsep dasar tentang hipotesis. Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.[7]Oleh karena itu hipotesis yang diangkat dalam penelitian adalah sebagai berikut: “ Penggunaan alat peraga bususr derajat lebih dapat meningkatkan prestasi belajar matematika dari pada tanpa menggunakan alat peraga busur derajat dengan pokok Bahasan Garis dan Sudut Kelas VIII MTs Al-Intishor”.




















BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.    Metode
Sesuai dengan masalah yang dikaji serta memperhatikan tujuan dan manfaatnya, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan metode eksperimen. Karena data dan informasi yang ikumpulkan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, maka diperlukan perhitungan yang memerlukan angka dengan menggunakan analisis statistic.
VARIABEL
 
                                                             
                                                                                                         






Variabel Bebas
Penggunaan Alat Peraga Busur Derajat
 

Variabel Terikat
Prestasi Belajar Matematka
 
 





Adapun rancangan penelitian yang diuraikan adalah mengenai langkah-langkah yang dilakukan di dalam penelitian, langkah-langkah ini erat sekali hubungannya dengan data yang dikumpulkan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang dilakukan secara umum dapat dijabarkan pada tabel sebagai berikut:
Variabel
Pre tes
Perlakuan
Post tes
Kelas Eksperimen (X1)
67,75
Pembelajaran menggunakan alat peraga busur derajat
Lebih dapat meningkatkan prestasi belajar
Kelas Kontrol
(X2)
65,02
Pembelajaran tanpa menggunakan alat peraga busur derajat
Prestasi belajar kurang memuaskan


Setelah proses penentuan kelas yang homogeny, peneliti menetapkan X1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X2 sebagai kelas kontrol. Pada kelas X1 proses belajar mengajar menggunakan alat peraga busur derajat sedangkan pada kelas X2proses belajar mengajar tanpa mengguanakan alat perga busur derajat. Nilai rata-rata yang diproleh kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan mencapai 67,75 sedangkan pada kelas kontrol mencapai 65,02 dari nilai pre tes ini kita bisa melihat bahwa prestasi yang diproleh kedua kelas tersebut masih dikatakan rendah. Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran setelah kelas eksperimen diberi perlakuan, peneliti melakukan tes hasil belajar dengan harapan lebih dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Nilai yang diperoleh dari tes tersebut akan dianalaisis dengan rumus perbedaan t-tes, dengan tujuan untuk menilai mana yang lebih baik (efektif) diantara kedua pembelajaran yang telah dilakukan.
B.     Populasi dan Tekhnik Sampling
a.       Populasi
“Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteistik tertentu di dalam suatu penelitian”[8]
Berdasarkan pendapat diatas maka yang menjadi populasi ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Al-Intishor yang terdiri dari empat kelas dengan jumlah keseluruhan populasi 158 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

No
Kelas
Jumlah
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
2
3
4
VIII A
VIII B
VIII C
VIII D
18
21
17
15
22
18
23
24
40
39
40
39

b.      Sampel
“Sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang mewakili populasi”[9]
Dalam penelitian ini, penentuan sampling dilakukan dengan tekhnik cluster radom sampling (sampel area) dari populasi empat kelas akan diambil dua kelas yang ditentukan melalui uji homogenitas. Dalam hal ini kelas yag diperoleh yaitu kelas C dengn jumlah 40 siswa dan kelas D sejumlah 39 siswa sehingga jumlah sampel 79 siswa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini

No

Kelas
Jumlah Siswa
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1
2
Kelas C
Kelas D
17
15
23
24
40
39
Jumlah
79

C.    Instrumen Penelitian
a.       Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimulli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.
1)      Validitas tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu intrumen.[10]
Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah, dengan kata lain sebuah item memiliki validitas yang tinggi, jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi.
Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk memberi skor terhadap tes menguraikan / tes essay yaitu metode analisa (analytical method) dan metode sorter (sortimh method). Metode analisa adalah suatu cara menilai dengan menyiapkan sebuah model jawaban dimana jawaban tersebut dianalisa menjadi beberapa step atau elemen terpisah dan ditetapkan bahwa setiap step atau elemen disediakanskor tertentu. Setelah salah satu model jawaban tersusun, jawaban masing-masing siswa dibandingkan dengan model jawaban tersebut dan diberikan skor sesuai dengan tingkat kebenarannya.
Untuk menghitung koefisien korelasi antara skor item digunakan rumus: 
rxy 

dimana:
      = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
   X         = Skor yang diperoleh subjek
   Y         = Skor pada setiap soal
   N         = Banyaknya subjek[11]
Kriteria untuk menentukan valid atau tidaknya item ke-X adalah jika :
                        rxy< r(0,05) drop
                         rxy  r(0,05)valid
2)      Reabilitas
Rebilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument itu sudah baik.
                        Rumus yang digunakan adalah rumus Alpa:
r11
Dimana:  

r11                = eabilitas Instrument
k                  = Banyaknya butir pertanyaan (soal) 
           = Jumlah varians butir
              = Varians total[12]

Interprestasi terhadap nilai  r11 adalah:
-          Jika r11  = 0,8 – 1,0 rebilitas sangat tinggi
-          Jika r11  = 0,6 – 0,8 rebilitas tinggi
-          Jika r11  = 0,4 – 0,6 rebilitas cukup
-          Jika r11  = 0,2 – 0,4 rebilitas sangat rendah
b.      Observasi
Observasi merupakan pengamatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek.[13] Dalam penelitian ini tidak digunakan observasi secara berstruktur, dimana segala kegiatan dalam observasi ini tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan peneliti dalam observasi hanya dibataasi dengan tujuan dari observasi yaitu melihat secara langsung keefektifan penggunaan alat peraga busur derajat pada pembelajaran pokok bahasan garis dan sudut di kelas eksperimen dan melihat secara langsung keefektifan tanpa menggunakan alat peraga busur derajat pada pembelajaran pokok bahasan dan sudut di kelas control.
c.       Dokumentasi
Dekumentasi adalah pengambilan data yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat , agenda dan sebagainya.[14]
Di dalam melakukan metode dokumentasi ini peneliti menyelidiki apa yang berkaitan  dengan variabel yang akan diteliti berupa data melalui catatan yang menunjukkan keadaan karyawan atau pegawai dan siswa sesuai dengan subyek penelitian. Peneliti hanya akan memberikan tanda atau tali yang akan digunakan. Selain subyek yang meneliti objek yang berupa data tanpa keadaan lokasi peneliti / gambaran umum mengenai sarana dan prasarana serta infra struktur organisasinya dan lainnya yang ada pada MTs Al-Intishor.

D.    Teknik Pengumpulan Data
“Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data-data”.[15] Dalam melakukan penelitian metode pengumpulan data sangat diperlukan guna memperoleh data yang diperlukan atau yang dibutuhkan. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian adalah:
a.       Teknik tes
Dua jenis yang sering dipergunakan sebagai alat pengukur adalah sebagai berikut:
1)      Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara lisan pula
2)      Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis pula. Tes tertulis ini dibedakan dalam dua bentuk berikut:
a)      Tes esset (essay test) yaitu tes yang menghendaki  agar testee memberikan jawaban dalam bentuk uraian atau kalimat-kalimat yang disusun sendiri.
b)      Tes objektif adalah suatu tes yang disusun dimana setiap pertanyaan disediakan alternative jawaban yang dapat dipilih.
b.      Teknik Observasi
Metode observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian secara langsung terhadap objek penelitian, dimana data-data yang diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi.[16]Kegiatan pencatatan dalam hal ini adalah merupakan bagian dari pada kegiatan akan tetapi tidak diasukkan ke dalam penelitian, dari hasil penelitian untuk menilai keefektifan penggunaan alat peraga bususr derajat. Metode observasi untuk mengevaluasi efektif atau tidaknya penggunaan alat peraga busur derajat pada pokok bahasan garis dan sudut.
c.       Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, majalah dan sebagainya.[17]Sehingga dalam pelaksanaan metode dokumentasi ini bertujuan memperoleh data tentang
a)      Daftar guru, pegawai / kariawan dan siswa MTs Al-Intishor
b)      Struktur organisasi
c)      Sejarah berdirinya
d)     Letak geografis
e)      Keadaan sarana dan prasarana
f)       Nilai MID semester pokok bahasan garis dan sudut

E.     Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telash dirumuskan.
a.       Uji Normalitas Data
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berhasil dari sample yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumus yang digunakan untuk uji normalitas adalah uji Chi-Kuadrat (). Adapun rumus Chi-Kuadrat antara lain:
 
 Keterangan:
 = Chi-Kuadrat
  = frekuensi hsil observasi dari sampel penelitian
   = frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian
b.      Uji Homogenitas Data
Untuk menentukan kelas yang sama (homogen) digunakan rumus uji F sebagai berikut:
 Dimana :
S2
Keterangan:
           S2         = Varians sampel
Xi           = Nilai Mid semester
F          = Frekuensi nilai
Dk       = n – 1
N         = jumlah siswa[19]         
            Adapun kriteria pengujian sebagai beriktut:
Jika Fhitung  F tabel antara suaru kelompok dengan kelompok lainnya sama (homogen) dan jika Fhitung  F tabel antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak homogen.
c.       Uji Hipotesis
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan di olah dengan rumus t-tes sebagai berikut:
t 
            Keterangan:
t           = Uji Hipotesis                       
X1        = Nilai rata-rata dari kelompok eksperimen
                        X2        = Nilai rata-rata dari kelompok control
                              = Varians kelompok eksperimen
                               = Varians kelompok control
                        S          = standar deviasi total
                        n1            = Jumlah siswa kelompok eksperimen
                        n2         = Jumlah siswa kelompok kontrol[20]
untuk menguji apakah ada perbedaan hasil belajar yag dicapai antara kedua kelompok yang akan menunjukkan efektif atau tidaknya penggunaan alat peraga busur derajat, maka diberikan pengujian hipotesis sebagai berikut:
            hipotesis alternative (Ha) akan diterima apabila t-hitung > t-tabel, sebaliknya
 Hipotesis alternative (Ha) ditolak apabila  t-hitung < t-tabel.
DAFTAR PUSTAKA

Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang SISDIKNAS 2003 (UU.RI No.20 Th.2003), (Jakarta : Sinar Grafika, 2004)

Kadarusman. Strategis Belajar Mengajar,(Jakarta : Kerjasama FPMIPA-IKIP Surabaya dengan Departemen Agama Prov. Jawa Timur. Jakarta, 1996)

Karso, Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. (Jakarta : Universitas Terbuka, 2001)

Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya : Usaha Nasional, 1994)

Nurhaini, Matematika Konsep dan Aplikasinya ,(Jakarta : Teguh Karya, 2008)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R & D, ( Bandung : Alfabeta 2006)

Margono , Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2004)

Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta Cipta. 2002)

Sudjana, Metode Statistic, (Bandung : Tarsito, 2001)






[1]Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang SISDIKNAS 2003 (UU.RI No.20 Th.2003), (Jakarta : Sinar Grafika, 2004),h.6
[2]Kadarusman. Strategis Belajar Mengajar,(Jakarta : Kerjasama FPMIPA-IKIP Surabaya dengan Departemen Agama Prov. Jawa Timur. Jakarta, 1996),h.114
[3]Karso, Dasar-Dasar Pendidikan MIPA. (Jakarta : Universitas Terbuka, 2001), h. 4
[4]Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya : Usaha Nasional, 1994,h.19)
[5]Nurhaini, Matematika Konsep dan Aplikasinya ,(Jakarta : Teguh Karya, 2008), h. 200
[6]Ibid , h. 208
[7]Sugiyono, Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif dan R & D, ( Bandung : Alfabeta 2006), h.159
[8]Margono , Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta 2004), h.118
[9]Sugiyono , Metodelogi Penelitian,h. 81
[10]Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta Cipta. 2002),h.136
[11][11] Ibid , h. 146
[12]Ibid, h.171
[13]Ibid. h. 133
[14]Ibid, h.133
[15]Ibid, h. 180
[16]Ibis, h. 133
[17]Ibid, h. 135
[18]Sugiyono, 2006, h.167
[19][19] Sudjana, Metode Statistic, (Bandung : Tarsito, 2001), h. 95
[20]Ibid, h. 239

Tidak ada komentar:

follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here