Counter

Followers

Jumat, 23 Agustus 2013

TUJUAN PENDIDIKAN



A.    KANDUNGAN SURAT ALI IMRAN AYAT 138-139
Adapun firman Allah SWT. Yang tersurat dalam Surat Ali Imran ayat 138 berbunyi:

Artinya: “(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali Imran: 138).

Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah: memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada perang Uhud adalah pelajaran bagi orang-orang Islam, tentang berlakunya ketentuan sunah Allah itu. 

Mereka menang pada perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi saw.
Pada perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi saw. akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga bergelimpanganlah puluhan kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya.

Sedangkan firman Allah SWT. Yang tersurat dalam Surat Ali Imran ayat 139 berbunyi:

Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imran: 139).
Ayat ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam sesuatu peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah.
Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.

B.     KANDUNGAN SURAT ADZ-DZARIYAAT AYAT 56
Adapun bunyi surat dari Adz-Dzariyaat ayat 56 tersebut adalah sebagai berikut:

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S Adz-Dzariyaat: 56).

Ayat ini dengan sangat jelas menggambarkan kepada kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada Allah SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas.[1] Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW:
طلب العلم فريضة على كل مسلم و مسلمة (رواه ابن عبد البر)
Artinya: “Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan.” (H.R Ibn Abdulbari).
من خرج فى طلب العلم فهو فى سبيل الله حتى يرجع (رواه الترمذى)
Artinya: “Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai pulang kembali”. (H.R. Turmudzi).
Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan  dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut:

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah: 30).

Ketika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan dengannya Allah SWT mengamanahkan bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, maka manusia merupakan wakil yang memiliki tugas sebagai pemimpin dibumi Allah.
Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa.[3]
Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah ”untuk beribadah kepada Allah SWT”. Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam justru harus lebih dari itu, dalam arti, pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa, tetapi justru berusaha mengembangkan manusia menjadi imam/pemimpin bagi orang beriman dan bertaqwa.
Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa, artinya disamping dia sebagai orang yang memiki profil sebagai itba’ syaria’tillah sekaligus itba’ sunnatillah, juga mampu menjadi pemimpin, penggerak, pendorong, inovator dan teladan bagi orang-orang yang bertaqwa.[4]
محَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.
A. Sekilas Sejarah Rosululloh Saw
Berasal-usul dari keluarga sederhana, Rosululloh menegakkan dan menyebarkan salah satu dari agama terbesar di Dunia yaitu Agama Islam. Dan pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.
Rosululloh lahir pada tahun 570 M, di kota Mekkah, di bagian agak selatan Jazirah Arabia, suatu tempat yang waktu itu merupakan daerah yang paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni maupun ilmu pengetahuan. Rosulloh menjadi yatim-piatu di umur enam tahun, beliau dibesarkan dalam situasi yang sederhana dan rendah hati. Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa Rosululloh seorang buta huruf. Keadaan ekonominya baru mulai membaik di umur dua puluh lima tahun tatkala beliau kawin dengan seorang janda berada yang bernama Siti Khodijah. Bagaimanapun, sampai mendekati umur empat puluh tahun nyaris tak tampak petunjuk keluarbiasaannya sebagai manusia.
Umumnya, bangsa Arab saat itu tak memeluk agama tertentu kecuali penyembah berhala Di kota Mekkah ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk Agama Yahudi dan Nasrani, dan besar kemungkinan dari merekalah Rosululloh untuk pertama kali mendengar perihal adanya satu Tuhan Yang Mahakuasa, yang mengatur seantero alam. Tatkala beliau berusia empatpuluh tahun, Nabi Muhammad yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa ini menyampaikan sesuatu kepadanya dan memilihnya untuk jadi penyebar kepercayaan yang benar.
Selama tiga tahun Muhammad hanya menyebar agama terbatas pada kawan-kawan dekat dan kerabatnya. Baru tatkala memasuki tahun 613 dia mulai tampil di depan publik. Begitu dia sedikit demi sedikit punya pengikut, penguasa Mekkah memandangnya sebagai orang berbahaya, pembikin onar. Di tahun 622, cemas terhadap keselamatannya, beliau hijrah ke Madinah, kota di utara Mekkah berjarak 200 mil. Di kota itu dia ditawari posisi kekuasaan politik yang cukup meyakinkan.
Peristiwa hijrah ini merupakan titik balik penting bagi kehidupan Nabi. Di Mekkah beliau susah memperoleh sejumlah kecil pengikut, dan di Medinah pengikutnya makin bertambah sehingga dalam tempo cepat dia dapat memperoleh pengaruh yang menjadikannya seorang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya. Pada tahun-tahun berikutnya sementara pengikut rosululloh bertumbuhan bagai jamur, serentetan pertempuran pecah antara Mekkah dan Madinah. Peperangan ini berakhir tahun 630 dengan kemenangan pada pihak muslimin, kembali ke Mekkah selaku penakluk. Sisa dua setengah tahun dari hidupnya dia menyaksikan kemajuan luar-biasa dalam hal cepatnya suku-suku Arab memeluk Agama Islam. Dan tatkala rosululloh wafat tahun 632, dia sudah memastikan dirinya selaku penguasa efektif seantero Jazirah Arabia bagian selatan.
B. Kandungan Pendidikan Yang Dapat Dipetik Dari Surat Al-fath Ayat : 29
Di dalam Tafsir Ibnu Kasir di terangkan tentang ayat tersebut bahwa :
يخبر تعالى عن محمد صلوات الله عليه (1) ، أنه رسوله حقا بلا شك ولا ريب، فقال: { مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ } ، وهذا مبتدأ وخبر، وهو مشتمل على كل وصف جميل، ثم ثنى بالثناء على أصحابه فقال: { وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ } ، كما قال تعالى: { فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ } [المائدة : 54] وهذه صفة المؤمنين أن يكون أحدهم شديدا عنيفًا على الكفار، رحيما برًا بالأخيار، غضوبًا عبوسًا في وجه الكافر، ضحوكا بشوشًا في وجه أخيه المؤمن، كما قال تعالى: [التوبة : 123]، وقال النبي صلى الله عليه وسلم: “مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم كمثل الجسد الواحد، إذا اشتكى
Alloh mengabarkan tentang Nabi Muhammad saw, bahwasanya beliau adalah utusanya yang hak tanpa ada keraguan, Alloh berfirman ( مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ) kalimat ini merupakan susunan mubtada’ dan khobar, semua sifat rosululloh sangat bagus, kemudian Alloh memuji para sahabatnya dengan firmanya yang berbunyi :
{ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ }
pujian ini sama seprti firman Alloh dalam surt Al- maidah ayat 54 yang berbunyi :
{ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ{
inilah sifat seorang mu’min yang mempunyai sifat keras dan bengis terhadap orang kafir, pengasih dan berbuat kebaikan kepada orang yang suka berbuat baik, dan menunjukan wajah yang marah dan cemberut terhadap orang kafir, dan murah senyum dan wajah yang ramah terhadap orang muslim itu sendiri, seperti diterangkan dalam firman Alloh :
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قَاتِلُوا الَّذِينَ يَلُونَكُمْ مِنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا فِيكُمْ غِلْظَةً }
Dan rosululoh bersabda:
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم كمثل الجسد الواحد، إذا اشتكى
a). Budi Luhur Rosululloh Terhadap Orang Muslim
a.       Beliau adalah seorang yang peramah, sopan santun dan tenang
b.      Beliau adalah seorang yang pengasih, penyayang kepada sesama, murah hati dan suka memberikan pertolongan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan, akibat kemurahan hari beliau, kerap kali beliau menanggung kesusahan orang yang sedang menderita susah dan mengalahkan kepentingan diri sendiri asalkan kesusahan orang lain dalam kebenaran.
b)      Beliau adalah orang yang sabar, tahan uji dan berani menderita, beliau adalah orang yang tabah hati, tahan marah, dan tahan dendam jika kebetulan marah, tidak ada tanda-tandanya, melainkan kerut urat yang berdiri diantara bulu – bulu keningnya, memang beliau adalah seorang yang lapang dada, dapat mengendalikan dan menahan kemarahan hatinya.
a.       Beliau adalah orang yang terkenal jujur, bisa di percaya,
c)      Berliau jujur dalam perkatan dan jujur dalam perbuatan serta sangat jauh dari sifat pendusta atau pembohong karenanya sejak muda sudah terkenal dengan nama al amin ( yang di percaya )
a.       Beliau suka menghormati yang lebih tua dan mengasihi yang lebih muda dan beliau orang yang berterima kasih, suka membalas jasa dan tahu membalas jasa.
Tugas Pendidik Kepada Anak Didik
Sesungguhnya tugas seorang pendidik muslim bukan sekedar mengisi otak murid-muridnya dengan berbagai ilmu pengetahuan, kemudian selesai . akan tetapi ia harus melanjutkannya kepada pendidikan yang lebih sempurna yang berdiri diatas kejernihan aqidah dan akhlak, dari hal-hal yang dilarang oleh dien yang lurus. Maka seorang pendidik muslim yang sukses haruslah menjadikan perkataan dan tingkah laku murid-muridnya di dalam kelas bersandar kepada petunjuk nabi yang benar .
Dan perjalanan hidup rosululloh menunjukan bahwasanya beliau adalah seorang yang bijaksana, seorang mu’allim, pemberi pengarahan, orang yang belas kasih, dicintai dan orang yang ikhlas.
Maka seorang pendidik muslim haruslah mensifati dirinya dengan sifat- sifat ini terutama dalam hal keihklasan, ia harus mengikhlaskan amalnya hanya untuk Alloh semata, tidak melihat kepada harta, apabila ia di beri sedikit ia merasa bersyukur dan apabila ia tidak di beri ia merasa bersabar, Alloh lah yang memberikan rezeki di dunia dan menetapkan pahala baginya di akherat.
Kewajiban pendidik muslim terhadap anak didiknya adalah seperti berikut:
- seorang pendidik harus menanamkan jiwa rela berkorban dan berjihad di jalan Alloh untuk melawan musuh–musuh Islam dari kalangan orang –orang Yahudi dan orang-orang Ateis, mempertautkan alam fikiran anak didik dengan kemulian generasi salaf dan menguatkan keimanan mereka untuk meneladani para sahabat dalam masalah keimanan dan akhlak.
- Kemudian diharus menjadikan anak didiknya faham bahwasanya bangsa Arab adalah kaum yang di muliakan Alloh dengan kedatangan islam, sehingga jika mencari kemulian dari selain Islam niscaya Alloh akan menghinakan mereka.
-  Seorang pendidik hendaknya menjauhkan anak didiknya dari idiologi yang rusak
- Mendidik anak untuk besikap optimis, agar ia bisa menghadapi kehidupan dengan penuh keberanian dan harapan serta bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi umatnya.
C. KANDUNGAN SURAT HUD 61

وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ (61)
61. Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: `Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).`(QS. 11:61)

            Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia telah mengutus seorang utusan kepada kaum Samud namanya Saleh. Ia menyeru mereka supaya hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan sembahan-sembahan yang telah membawa mereka kepada jalan yang salah dan menyesatkan. Allahlah yang menciptakan mereka dari tanah. Dari tanah itulah diciptakan-Nya Adam a.s. dan dari itu pulalah asal mula semua manusia karena manusia dalam rahim ibunya berasal dari air mani. Setetes air mani itu setelah membuahi telur dalam rahim berkembang menjadi segumpal daging lalu membentuk kerangka tubuh berupa tulang-tulang, dan tulang-tulang ini dibalut dengan daging sehingga menjadi janin dalam rahim. Kemudian setelah sempurna semua anggota badannya ia keluar sebagai bayi. Mani itu berasal dari makanan yang dimakan manusia sedangkan makanan itu baik yang berupa tumbuh-tumbuhan maupun berupa daging binatang semua berasal dari tanah juga. Setelah manusia berkembang biak di atas bumi mereka diserahi Allah tugas memakmurkannya sebagai anugerah dan karunia daripada-Nya. Dengan karunia itu kaum Samud telah hidup senang bahkan mereka telah dapat pula membuat rumah tempat berlindung seperti tersebut dalam firman Allah al hijr 82: 
Artinya:
Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman.
Demikian besarnya karunia dan nikmat Allah yang diberikan kepada mereka. Maka wajiblah mereka mensyukuri nikmat itu dengan mengagungkan dan memuliakan-Nya dan tidak menyembah selain-Nya dan seharusnyalah mereka bertobat kepada-Nya, karena ketelanjuran mereka berbuat kesesatan menyembah sembahan-sembahan selain Dia. Bila mereka menyadari hal ini dan dengan sungguh-sungguh bertobat kepada-Nya tentulah Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha menerima tobat mengampuni mereka dan memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Inilah yang diserukan dan dianjurkan Nabi Saleh a.s. kepada kaumnya itu.

D.   Kandungan Al-Qur’an Surat Al-Hajj (22) Ayat 41
1.     Teks Ayat dan Terjemah
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
2.      Pengertian Global
Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma’ruf serta mencegah dari yang munkar.Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Al-Qur’an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (QS 3:104)
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1.  Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
2.  Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
3. Penjelasan Ayat
Di zaman era globalisasi ini pendidikan sangatlah penting bagi manusia, pendidikan adalah salah satu sarana bagi seseorang untuk menata hidupnya sedemikian rupa, tapi, dilihat dari kenyataannya, pendidikan di zaman modern ini tidak mampu membuat kehidupan social yang bermoral, apakah pendidikan sekarang sudah benar dan berkualitas ?.
Telah banyak institusi-institusi yang bergerak di bidang pendidikan yang memiliki fasilitas dan kualitas yang bagus, ternyata belum bisa menciptakan manusia-manusia yang beradab. Ini dikarenakan institusi-institusi pendidikan banyak menerapkan visi dan misi pragmatis yang dibawa dari Negara bagian barat. Tidak ada lagi penanaman nilai-nilai spiritual, kebaikan dan bermoral didalam institusi tersebut.
Sekarang, institusi-institusi pendidikan kebanyakannya telah berubah menjadi industry bisnis yang mengajarkan manusia untuk bekerja supaya memperoleh kesenangan dan kemakmuran diri sendiri, perusahaan dan Negara, sehingga nilai-nilai moral sebagai manusia tak pernah diajarkan.
Kaum muslimin pun telah terkena dampak dari pengaruh hegemoni dunia barat tersebut. Banyak kaum muslimin yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi mereka tidak bisa menjadi muslim yang berakhlak mulia. Ini dikarenakan institusi pendidikan tempat mereka belajar dahulu menerapkan visi dan misi pragmatis.
Inilah saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an. Al-Quran ternyata lebih memiliki system yang komprehensif dan integritas dibandingkan system pendidikan dunia barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan ridho Allah S.W.T”, diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di dalam pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral, mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah S.W.T.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari surat Al hajj ayat 41:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
Ayat ini mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia. Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.
Studi kasus :
          Studi kasus terkait dengan tujuan pendidikan dalam ayat ayat di atas cukuplah banyak, dalam ayat ayat di atas menyiratkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan pribadi pribadi yang berkualitas baik dari segi ketakwaan dan juga intelektualnya yang nantinya akan menjadi khalifah di muka bumi.
          Namun pada kenyataanya tidak sedikit pendidikan saat ini tidak menghasilkan kesempurnaan, terutama pada aspek kepribadianya, banyak pendidikan sekarang yang memngabaikan akhlak dan moral, sehingga tidak heran dalam lapisan masyarakat sekarang baik dari guru, PNS, pelajar yang akhlaknya rusak.
           Dalam dunia pendidikan sudah menhjadi rahasia umum dalam dunia pendidikan ada guru guru yang kurang jujur dalam sikapnya, membocorkan soal-soal ujian bahkan memberikan jawaban kepada siswa tanpa merasa bersalah dan berdosa. Tidak lupa dari ingatan kita contoh kasus yang terjadi pada ujian nasional tahun 2012 di Surabaya, bahwa seorang anak melaporkan tindak kecurangan sekolah yang berbuat curang, lucunya lagi anak itu menjadi bulan bulanan guru dan wali murid karena dia berkata jujur. Itu salah satu contoh tidak adanya pencontohan yang baik dari seorang guru yang sebenarnya harus menjadi panutan. Dan akhirnya kasus itu menjadi sorotan media nasional di Indonesia.  




Tidak ada komentar:

follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here