Counter

Followers

Selasa, 27 Agustus 2013

KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR dan APLIKASINYA



A.    Tafsir

v  Surah Al-imran 190-191
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Dalam tafsir al-maraghi :
            Dari ayat 190 bahwasanya dalam peraturan langit dan bumi, dan keindahan penciptaanya di dalam pergantian malam dan siang melalui peraturan yang sangat baik dan nyata berbekas pada tubuh dan akal kita, panas dan dingin demikian pula pad binatang dan tumbuh-tumbuhan, pada semuanya terdapat dalil-dalil yang menunjukan keEsaan Allah SWT bagi kesempurnaan ilmunya dan kodratnya.
            Sedangkan dalam ayat 191, menerangkan karakteristil ulil albab, yaitu selalu melakukan aktifitas dzikir dan memikir sebagai metode memahami alam baik yang ghaib maupun yang nyata. Dan yang dikatakan yang kuat adalah orang yang memperhatikan langit dan bumi beserta isinya kemudian mengingat dalam segala keadaanya, baik orang itu saat berdiri, duduk, berbaring, akan nikmat Allah SWT dan keutamaanya hidup di alam semesta ini.

Kesimpulannya,bahwasanya kemenangan dan keberuntungan hanyalah dengan mengingat kebesaran Allah SWT serta memikirkan segala makhluk-Nya yang menunjuk pada khalik yang Esa yang mempunyai ilmu dan kodrat yang diiringi iman akal rasul dan kitab.
 

v  Surat At-taubah ayat 122

  
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Dalam ayat diatas menyatakan bahwasanya tidak perlu semua orang mukmin yang melakukan peperangan, bila peperangan itu mampu dilakukan orang mukmin sebagian saja. Akan tetapi memiliki tugas masing-masing, sebagian berangkat ke medan perang, sebagian menuntut ilmu, mendalami ilmu-ilmu agama islam supaya pembagian ilmu secara merata dan dakwah dapat dilakukan dengan cara efektif dan bermanfaat hingga kecerdasan umat muslim semakin meningkat.
Orang-orang yang mencari ilmu pengetahuan disamakan dalam islam dengan orang yang berjuang dimedan perang seperti yang di sabdakan oleh baginda Rasulullah SAW dihari kiamat kelak tinta yang digunakan oleh para ulama’ akan di timbang dengan darah para shuhada’( yang gugur di medan perang ).
Akan tetapi tentu saja tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan untuk bertekun menuntut dan mendalami ilmu pengetahuan serta mendalami ilmu agama, karena sebagiannya sibuk dengan tugas di medan perang, di ladang, di pabrik, di toko dan sebagainya. Oleh sebab itu harus ada sebagian dari umat Islam yang menggunakan waktu dan tenaganya untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama agar kemudian setelah mereka selesai dan kembali ke masyarakat, mereka dapat menyebarkan ilmu tersebut, serta menjalankan dakwah Islam dengan cara atau metode yang baik sehingga mencapai hasil yang lebih baik pula.
Apabila umat Islam telah memahami ajaran-ajaran agamanya, dan telah mengerti hukum halal dan haram, serta perintah dan larangan agama, tentulah mereka akan lebih dapat menjaga diri dari kesesatan dan kemaksiatan, dapat melaksanakan perintah agama dengan baik dan dapat menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian umat Islam menjadi umat yang baik, sejahtera dunia dan akhirat.


Surat Al-ankabut ayat 19-20

19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
20. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[1147]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam tafsir ibnu katsir :
Disini Allah menegaskan bahwasanya bilamana orang-orang kafir tidak percaya bahwa Allah SWT yang maha Esa menurut apa yang disampaikan oleh rasu-rasul-Nya,maka mereka di ajak untuk melihat dan memikirkan tentang proses kejadian diri mereka sendiri. Yaitu bahwa Allah SWT yang menciptakan pada sebelumnya bukanlah sesuatu yang disebut-sebut ( yakni tiada ). Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat melihat dan mendengar. Maka tuhan mulai menciptakan dan mampu mengembalikanya dan menjadi hidup kembali. Dan sesungguhnya mengembalikan dan menhidupakan kembali itu mudah dan ringan bagi-Nya.
            Kemudian Ibrahim memberi petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam-macam kekuasaan tanda kebesaran Allah yang telah menciptakannya, yaitun langit-langit, dan bintang-bintang yang ada padanya baik yang bersinar maupun yang tetap beredar dan semua yang menunjukan adanya penciptaan dll.


Dalam tafsir Al-misbah :
            Perintah berjalan kemudian dirangkai dengan perintah melihat seperti firman-Nya (                                                         ) ditemukan dalam al Qur’an sebanyak tujuh kali, ini mengisyaratkan perlunya melakukan apa yang diistilahkan dengan wisata ziarah. Dengan perjalanan itu manusia dapat memperoleh suatu pelajaran dan pengetahuan dalam jiwanya yang menjadikannya menjadi manusia terdidik dan terbina, seperti dia menemui orang-orang terkemuka sehingga dapat memperoleh manfaat.

kesimpulanya ayat di atas adalah pengarahan Allah untuk melakukan riset tentang asal usul kehidupan setelah itu menjadikan bukti. Sebagai tambahan perjuangan mencari ilmu pengetahuan merupakan tuagas atau kewajiban bagi setiap muslim baik bagi laki-laki maupun wanita.

B.     AspeK Tarbawi

Dari penjelasan ayat-ayat di atas mengandung aspek tarbiah yang berkaitan dengan belajar dan mengajar, yaitu :
1.      Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.
2.      Akal digunakan untuk memikirkan, menganalisa, menafsirkan, segala sesuatu ciptaan Allah SWT.
3.      Manusia memiliki akal pikiran tidak untuk memikirkan zat Allah, akan tetapi digunakan untuk memikirkan segala ciptaan-Nya. Karena akal pikiran ayang dimiliki  manusia mempunyai keterbatasan pada hal tersebut.
4.      Dan percaya bahwasanya segala ciptaan Allah tidak ada yang sia-sia.
Studi kasus :

            studi kasus terkait kewajiban belajar mengajar yang terjadi di masyarakat saat ini sudah cukup lumrah, jika di telisik kasus kasus tentang belajar mengajar mungkin agak jarang, karena hampir dimana mana kesadaran untuk belajar serta mengajar bisa kita temukan dimana mana dan menjadi sebuah opini umum. Biasanya kasus seperti ini bisa kita temukan di pedalaman pedalaman, salah satu contohnya adalah suku pedalaman papua. Sulitnya medan dan sarana transportasi yang tidak memadai membuat jangkauan kegiatan belajar di papua menjadi sulit, wal hasil masih banyak penduduk papua yang buta buruf.

Tidak ada komentar:

follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here