Counter

Followers

Kamis, 27 Februari 2014

Konsep Karya Ilmiah



1.      Konsep Tentang Karya Ilmiah
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya di tulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.
        Istilah karya ilmiah di sini mengacu pada karya tulis yang menyusun dan penyajiannya di dasarkan pada kajian ilmiah dan kerja ilmiah. Di lihat dari panjang pendeknya atau kedalaman uraian,karya tulis ilmiah di bedakan atas makalah (paper) dan laporan penelitian,dalam penulisan,baik makalah walaupun laporan penelitian,di dasarkan pada kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Penyusunan dan penyajian karya semacam itu di dahului oleh study pustaka dan lapangan.
        Karangan ilmiah ialah karya tulis yang memaparkan pendapat, gagasan, tanggapan, atau hasil penelitian yang berhubungan dengan kegiatan keilmuan.
         Jenis karangan ilmiah banyak sekali, di antaranya makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian. Kalaupun jenisnya berbeda-beda, tetapi kelima-limanya bertolak dari laporan, kemudian diberi komentar dan saran. Perbedaannya hanyalah dalam kekompleksannya.
A.     Prinsip-prinsip Umum yang Mendasari Penulisan Sebuah Karya Ilmiah
a.       Objektif, artinya setiap pernyataan ilmiah dalam karyanya harus di dasarkan kepada data dan fakta. Kegiatan ini di sebut dengan studi empiris. Objektif dan emfiris merupakan dua hal yang bertautan.
b.      Prosedur atau penyimpulan penemuannya melalui penalaran induktif dan deduktif.
c.       Rasional dalam pembahasan data. Seorang penulis karya ilmiah dalam menganalisis data harus menggunakan pengalaman dan pikiran secara logis.



[1]Ada beberapa syarat yang harus di penuhi agar sebuah tulisan disebut ilmiah. Syarat itu antara lain:
1.      Komunikatif yaitu  uraiannya seharusnya difahami pembaca  
2.      Bernalar maksudnya yaitu tulisannya itu harus sistematis, isi pikiran yang di kemukakan  berurutan atau bersistem, berhubungan satu dengan yang lainnya, dan mengikuti metode penulisan yang tepat.
3.      Logis maksudnya, apa yang di  paparkan masuk akal, benar, baik secara empiris maupun secara logika
4.      Berlandaskan teori yang kuat, teori yang kuat berarti teori itu di hargai oleh semua ahli yang disiplin ilmu yang bersangkutan
5.      Bertanggung  jawab, maksudnya sumber data, buku acuan, dan sumber kutipan harus secara jujur di sebutkan

Hal-hal  Penting dalam Membuat Karya Ilmiah
       Tulisan yang dilahirkan tidak muncul begitu saja tulisan itu lahir melalui suatu proses yang begitu panjang, yang disebut  proses penciptaan tulisan. [2]Secara singkat proses tersebut sebenarnya dapat di bagi atas empat tahapan yaitu:
 1. Merencanakan
 2. Menyusun
 3.memeriksa dan 
 4. Menyiarkan
Secara lebih lengkap  proses yang di maksud adalah sebagai berikut:
a)  Merencanakan
b)  Menetapkan masalah yang akan di tulis
c) Membatasi masalah (membatasi  lingkup kajian)
d) Mengkaji tulisan yang pernah ada yang berkaitan dengan tulisan yang akan di        susun
e) Membuat kerangka
 f) Mengumpulkan bahan
g) Menyusun buram
h) Menyeleksi atau mengganti kata dan kalimat yang dirasa kurang sesuai
 i) Memeriksa dan menilai
j) Menyusun konsep akhir
k) Mengetik dan menggandakan serta  menyiarkan atau menyampaikan dalam forum. 


[3]Membangun tulisan ilmiah berarti menyusun kalimat yang tepat, merangkai kalimat sehingga menjadi paragraf yang baik, menjaga keterkaitan antara kata dengan kata yang menghasilkan kalimat, kalimat dengan kalimat yang menghasilkan paragraf termasuk penggunaan tanda bacanya. Mengenai hal ini dapat dilihat kembali pada bagian sebelumnya.
        [4]Hal lain yang harus di perhatikan selain itu adalah menaati teknik penulisan yang berlaku. Tulisan ilmiah  di rakit dengan teknik tertentu. Teknik itu bersifat konvensi,artinya teknik yang digunakan sedapat dapatnya digunakan secara internasional (minimal nasional). Tiap lembaga pendidikan tinggi biasanya menyusun aturan tentang teknik penulisan karya ilmiah.
Teknik penulisan misalnya berhubungan dengan: cara mengutip dan menyusun daftar pustaka. Beberapa hal yang berkaitan dengan cara mengutip antara lain:
1.      Apabila kita mengambil pendapat ahli lain dan pendapat itu merupakan bahan yang akan diuraikan, biasanya kita menggunakan kata”menurut pendapat...”ahli yang kita kutip pendapatnya kita tempatkan di dalam tanda kurung(setelah dibalik namanya, terutama untuk yang pertama), atau cukup tahun terbit dan halaman buku yang di letakkan di dalam tanda kurung). Contoh: a) “Menurut pendapat Keraf, Gorys (1980:316)  ada empat macam metode berpidato...”atau”Menurut Gorys Keraf, ada empat macam metode berpidato...(Keraf, Gorys 1980:316)”; b) “Keraf, Gorys(1980:316) mengatakan ada empat macam metode berpidato...
2.      Seandainya pendapt tersebut mendukung pendapat kita, maka kita dapat merumuskannya menjadi, “hal ini sesuai dengan pendapat Keraf, Gorys (1980:316)...”atau”hal yang sama dikemukakan pula oleh...(1980:316)...”. Apabila pendapat kita akan dibandingkan dengan pendapat sarjana lain, maka kita dapat merumuskannya,”bandingkan dengan pendapat Keraf, Gorys (1980:316)....”Perlu di ingat bahwa untuk penulisan nama ahli (untuk kedua kalinya) apabila dalam buku yang sama, maka cukup nama terakhirny saja. Dan apabila pendapat itu kita tentang, maka kita dapat merumuskannya, “pendapat itu berbeda dengan pendapat Keraf, (1980:316)...”
3.      Apabila kutipan itu dari surat kabar atau majalah, nama besar penulis tetap kita tulis. Kata dalam majalah tidak perlu di cantumkan karena keterangan lengkap tentang judul tulisan akan kita peroleh melalui daftar pustaka. Apabila data atau keterangan yang kita dapati bukan berupa artikel, maka nama surat kabar atau majalah yang kita sebut diikuti tanda kurung yang berisi: tahun terbit, koma dan tanggal bulan terbit, titik dua lalu halaman. Contoh: Menurut KOMPAS (1990, 24/12:1) “Jakarta menapaki perjalanan waktu...’. Apabila sumber keterangan tidak mencantumkan nama penulis, maka nama penerbit (bukan pencetak) yang kita cantumkan. Contoh. Berbicara tentang penyetandaran tata..., depdikbud (1988:17) mengatakan “belum pernah dilakukan secara resmi”. Penerbit yang bernama depdikbud dan judul buku serta keterangan lain yang kita perlukan dapat ditemukan pada daftar pustaka. Dan apabila sumber kutipan berasal dari yayasan, panitia, badan, atau organisasi yang kita sebut. Tentu saja penyebutannya harus lengkap dan jelas. Cara lain yang juga digunakan dapat diperhatikan secara langsung pada tulisan ini.
         [5]Sedangkan daftar fustaka sebagai bukti keilmiahan tulisan dan sekaligus bentuk pertanggung jawaban akademis dan etis dari sebuah karya ilmiah harus mengikuti aturan penyusunan sebagai berikut.
1.      Penyusunan daftar kepustakaan harus bersifat alfabetis, baik secara horizontal maupun secara vertikal. Dan diketik satu spasi. Yang dimaksud dengan penyusunan secara horizontal yaitu urutan nama penulis dari A-Z sedangkan yang dimaksud penyusunan secara vertikal adalah urutan nama penulis dari A-Z ke arah bawah.
2.      Susunan penulisan daftar kepustakaan adalah nama besar (unsur nama terakhir), koma, nama kecil, titik, tahun terbitnya buku, titik, judul buku yang digaris bawah atau dicetak miring atau dicetak tebal, jilid buku (kalau ada), titik, tempat terbit, titik dua, dan nama penerbit. Contoh: Pateda, Mansoer. 1990. Linguistik Terapan. Ende: nusa indah
3.      Apabila seorang penulis banyak bukunya dijadikan sumber, maka dibawahnya cukup digunakan tanda hubung (-) sebanyak sembilan buah, atau digunakan sembilan ketukan. Contoh,
Keraf, Gorys. 1979. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran
 Berbahasa.Ende: Nusa Indah
__________. 1991. Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: PT Gramedia
Sedangkan jika nama penulisannya tiga orang atau lebih, cukup disebutkan satu saja kemudian ditambahkan dkk (yang berarti dan kawan-kawan). Penulisan sumber yang belum berupa buku, judul tulisannya tidak boleh digaris bawah, dicetak miring atau dicetak tebal, tetapi cukup diberi tanda petik (“...”) ( bandingkan dengan Mahsun, 2005: 79-82).























DAFTAR PUSTAKA


Aleka dan H. Achmad.2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Kharisma Putra Utama
Hasnun, Anwar. 2004. Pedoman dan Petunjuk praktis Karya Tulis, Yogtakarta: Absolut
Depdikbud.2003. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia,Jakarta: Depdikbud.
 Ramlan, M. 1996. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis,Yogyakarta: CV Karyono

Musaddat, Syaiful. 2006..Aplikasi Bahasa Indonesia: Pemahaman kearah penyusunan karya Ilmiah, Mataram: University Press.



[1] Anwar Hasnun: Pedoman dan Petunjuk praktis Karya Tulis, Yogtakarta, Absolut.2004. h. 25-26
[2] Syaiful Musaddat: Aplikasi Bahasa Indonesia: Pemahaman kearah penyusunan karya Ilmiah, Mataram University Press. 2006. H. 42-43
[3] Ibid,. H. 45
[4] M. Ramlan: Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, CV Karyono, Yogyakarta. 1996. H. 5
[5]Depdikbud: Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta, Depdikbud. 2003. H. 16

Tidak ada komentar:

follow me in

adv



From: http://www.nusaresearch.net/public/recommend/recommend

clik me

yours comment here